PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

7.01.2014

PUISI-PUISI RAINER MARIA RILKE





Berikut ini beberapa puisi dari penyair Jerman (Rainer Maria Rilke) yang dimuat dalam antologi buku "Rilke SELECTED POEMS" yang diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh C. F. MAcINTYRE terbitan ­UNIVERSITY OF CALIFORNIA PRESS Berkeley, Los Angeles, London: 1971. Puisi-puisi ini saya terjemahkan secara bebas:




BUDDHA DALAM KEMULIAAN

PUSAT dari segala pusat, dari semua benih biji,
o badam
yang berkecubung dan berkembang indah,
di sini
tampak jelas kumpulan yang bercahaya
daging buah
mu yang tumbuh. Aku menyambut engkau.

Lo,
engkau merasakan betapa tidak ada yang lebih tergantung
daripadamu; ke dalam kulitmu
yang tak terhingga  
malam; di sana getah yang kuat bekerja dan memenuhi engkau.
Dan dari luar berjatuhan gloriole

yang menopang, demi ketinggi
an di atas kepalamu matahari-mataharimu,
penuh dan mengilat, bergantian.
Namun, dalam dirimu sudah dimulai
sesuatu yang lebih lama dari matahari
-matahari yang akan membakar.






GADIS DI ATAS SEBUAH BALKON

DENGAN LEKAS ia datang ke sana, berselimut dalam angin,
nyala dalam terang, seolah-olah dia merenggut
ke luar,
sementara ruang hitam tampak memangkas
untuk memenuhi pintu di belakangnya,

bahkan sebagai
seorang cameo yang gelap memungkinkan
sesuatu yang lembut berkilauan melalui tepian;
engkau berpikir: malam tidak ada di sini dan cahaya
sampai dia datang dan bersandar di atas pinggiran yang sempit,

meletakkannya
hanya sesaat pun tangan-tangannya
jauh darinya barangkali telah ia pisahkan,
dan lep
askan mereka ke atas kepada bayang langit
deretan gelap
dari semua atap.







KEGILAAN

MEREKA diam karena dinding-dinding terbelah
terpecah dalam isi kepala,
dan jam-jam ketika mereka
sama sekali bisa dimengerti
memulai dan meninggalkan kembali.

Seringkali ketika mereka pergi melalui jendela pada malam hari, 
segalanya tiba-tiba tampak baik-baik saja:
tangan
-tangan mereka menyentuh sesuatu yang nyata,
hati
mereka mulia dan mampu mendoakan,
mata
mereka yang tenang menatap
 
turun demi yang tidak diharapkan, acapkali melesap
taman dalam jeda peristirahatan yang
menenangkan ini, 
ada akibat dunia yang asing 
tumbuh semakin besar, tak pernah hilang.







LEDA

KETIKA tuhan dalam kehendaknya merayu demi
angsa
itu, keindahan yang pergi membuat kecemasan semakin dekat;
tapi, meski bimbang, ia lenyap dalam burung
itu.
Lalu dengan sigap bersiap menyingkap tipu daya
  
atas nama perbuatan yang belum terbukti terjadi
perasaan dalam makhluk itu belum pernah muncul. Tapi ia tahu
siapa yang siap menjelma angsa dan bergerak
untuk hasil dari satu hal yang mesti ia lakukan.
  
Perjuangan dan kebimbangan, ia tahu arah tak ke mana
bersembunyi darinya, atau bagaimana ia bisa bertahan. . .
lehernya menyelinap melalui sayapnya
yang terus melemah,
 
dan
atas nama cinta ia melepaskan langkah yang ilahi.
Lalu ia merasa bahagia pertama kali dalam bulu-bulunya
dan
menjelma sesungguhnya angsa dalam pangkuannya.






BUDDHA

Seolah-olah ia mendengarkan. Sunyi, jauh dan jauh. . .
kami memperoleh kembali hingga kami mendengar tak lebih dari kedalamannya.
Dan ia adalah bintang. Dan bintang-bintang raksasa lainnya
yang tidak dapat kita lihat berpijak di atasnya di sini.

Oh, ia adalah segalanya. Dan benar-benar, kami menunggu
sampai ia akan melihat kami? Apa yang Ia perlukan?
Bahkan seharusnya kami tak memantaskan diri di hadapannya,
ia akan menjadi daya, sekaligus lembek seperti kucing.

Ia yang telah menjadi pekerja untuk satu juta tahun 
yang menarik kami untuk langkah suci kakinya.
Ia yang lupa bahwa ada yang harus kita tanggung,
yang mengenal apa yang dicabut dari bayang nasib kami.



Semarang, 2014