PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

10.27.2015

DUA SAJAK


AESOP BANGUN KETIKA BAMBU RUNCING PATAH SERIBU

malam telah lalu dengan sebagian kisah yang dibungkam
pepatah maju tak gentar membela yang lapar, menjadi
slogan-slogan iklan: bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya
dikuasai oleh negara. aesop mendengar beberapa
kali tembakan lalu disusul teriakan perempuan, tangis seorang
anak, tawa pria-pria yang tak kentara.

pagi hari datang dengan sekabar berita:
seorang tokoh adat, penolak mesin-mesin raksasa
yang membabat hutan lindung untuk kesejahteraan
perusahaan donald bebek, dikabarkan hilang nyawa



AESOP TIDUR KETIKA AKSI JADI SUARA JANGKRIK

tan malaka menjadi bacaan pokok sebelum larut malam,
kabar para pemuda yang ditangkap karena membakar ban bekas
menyebabkan macet lalu lintas, sebuah komunitas diskusi budaya
yang dibubarkan warga masyarakatnya sendiri. kesenian yang
dianggap melacurkan agama. petisi-petisi change.org
yang cuma ditandatangani orang-orang kiri; semua itu
membuat aesop jadi kian menampung kantuk

lalu ia memeluk guling, memejamkan mata
dan berdoa pendek, mendengarkan krik krik jangkrik
menyalakan dialektika kenangan;
nusantaraku...



2015

SENI BERKABUNG "DI BAWAH PAYUNG HITAM"

Puisi saya berikut merupakan puisi terpilih dewan juri dalam sayembara seni berkabung dengan tema "Di Bawah Payung Hitam":


AESOP BERMIMPI TENTANG NUSANTARA

1.
aesop seorang pertapa muda bermimpi tentang nusantara
ia melayang-layang di atas 17.000 pulau, melihat hijau, biru,
kuning, merah, ungu. lalu warna-warna lain yang belum pernah
ia temui sebelumnya. warna-warna itu menutupi sebagian
hamparan di pulau-pulau kecil.

ia merasa hidup di 25 abad ke depan dari kehidupannya. ia hendak
mengerti lebih jelas warna-warna itu. maka ia bersegera turun
dari awan-awan; mendaratkan diri di sebuah pulau.
tapi, ah... ia tidak bisa memandang apa-apa. nafasnya
tersengal-sengal dan batuk-batuk. ia mesti pergi selekasnya
ini kabut bukan sembarang kabut. ini kabut tumbuh-tumbuhan
ladang kering yang terbakar, yang merambat sampai ladang sawit
sampai ke hutan tropis.

aesop bergerak ke selatan. di ujung pulau, yang pemandangannya
bikin setiap orang memunculkan rasa trenyuh. risik bambu-bambu
ricik arus sungai. surga ini surga, katanya. lantas, ia berjalan ke arah
sungai. ia melihat beberapa pemuda bersenapan sedang bergembira
meneteng hasil buruannya: seekor anak rusa dan beruang langka;
aesop segera berpaling, sebab ia tak tahan dengan cara mereka
berselfie bersama hasil buruan.

aesop tak percaya lagi dengan orang-orang di pulau itu. tak percaya
dengan takhayul-takhayul yang sudah dilupakan oleh anak cucu
bangsa itu. orang-orang hanya menyalakan mitos, seperti halnya
undang-undang. aesop menyeberang ke pulau lain

 2.
sebuah dataran yang pengap oleh asap kendaraan. gedung-gedung
bertingkat, hotel-hotel, mall-mall. ini di mana? aesop penasaran,
ia membawa jam waktu, tapi ia tak ingin kembali. ia batuk-batuk lagi,
ditambah hidungnya mulai mampet.

hujan deras mengguyur wilayah itu.

aesop berteduh di sebuah halte. ia melihat seorang anak kecil
sedang berhitung uang dengan kawan sejawatnya. koran-koran
lawas setumpuk di belakangnya.

hujan deras mengguyur wilayah itu.

si anak penjual koran lawas itu tampak menggigil. aesop teringat
gadis penjual korek api. ya andai saja ia di sini.

hujan deras mengguyur wilayah itu.

aesop memandang sungai di seberang mengalir deras. ia mulai
khawatir, sebentar lagi air berwarna cokelat itu pasti meluap
bersama sampah dan limbah. dan benar; banjir melanda
wilayah itu. aesop memutuskan untuk berperahu

3.
perjalanan aesop masih panjang, di sebuah negara dengan
penduduk 200 juta jiwa lebih dengan lapangan kerja dan jaminan
kesejahteraan yang minim. di sudut-sudut tertentu ia hanya menonton
petisi-petisi yang berguguran; sebuah lingkaran setan
yang memiliki tembok tebal. di mana para pejabat dan rakyat
sama-sama saling korupsi. di mana para petani penolak
tambang adalah benalu yang mesti dipotong.

perjalanan panjang aesop yang melelahkan. ia sampai-sampai
tiada sanggup melihat segalanya yang terjadi dan berlalu.
mereka bilang, ini nusantara kami. aesop memalingkan wajah
memandang langit.

tidak lama, aesop terbangun di sebuah wilayah sebuah tempat
sekelompok suku yang sebentar lagi punah karena kepergian
para pemudanya. aesop hanya bisa diam
sebagaimana bahasa-bahasa nenek moyang yang telah
ditinggal generasinya. sebagaimana halnya mitos

hujan deras sekali mengguyur wilayah itu

lalu hanya kegelapan dan suara burung hantu menutup
adegan-adegan yang belum bisa ia cerna di perut mimpi


2015