PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

5.10.2015

MEMBAHASAKAN CINTA LEWAT PELAJARAN ANTOLOGI PUISI plus*



Judul : Puisi Medium Komunikasi dalam Pembelajaran
Penulis : Wardjito Soeharso
Cetakan : I, Desember 2014
Penerbit : Azzagrafika
Jumlah halaman : xii + 176 Halaman
ISBN : 978-602-1048-02-3


Ada yang menarik dengan antologi puisi kali ini. Berbeda dengan kilasan antologi puisi lainnya yang sedang merebak di jagad kesusastraan Indonesia, antologi puisi ini memiliki keunikan tersendiri dengan adanya catatan pengantar yang bahasanya bisa dikategorikan akademis. Jika dibaca sekilas, hampir sepertiga dari buku ini berisi pengenalan akan puisi. Lalu apa menariknya bagi pembaca? Terlebih dari itu, apa menariknya kemasan antologi semacam ini bagi nuansa atau zeitgeist kesusastraan di Indonesia sekarang ini?

Adalah sebuah usaha yang cukup besar untuk menyelesaikan buku esai berbonus puisi ini. Pada mulanya (jika pembacaan dilakukan secara sistematis), pembaca diajak untuk mengernyitkan dahi terlebih dahulu, menatap seberapa penting puisi bersama teori-teori akademis yang menyertainya bagi khalayak.  Menyusuri esai ilmiah yang ditulis oleh penulisnya sendiri dan seorang dosen, yang mana di baliknya pembaca dibawa pada logika-logika puitika, pada konteks-konteks bahasa puitika secara akademis. Baru setelah pembaca agak mengerti, maka akan menemui berbagai tema yang disajikan lewat bahasa puisi.

Tiga tema besar telah disusun sedemikian rupa dalam satu tema induk, yaitu Cinta. Adapun Cinta (C besar) menurut penulis buku ini diartikulasikan menjadi tiga bagian: Cinta kepada Diri, Cinta kepada Tuhan dan Cinta kepada Negeri. Tiga tema ini dijabarkan lewat pelbagai bahasa puitika yang telah disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan pembaca untuk menangkap makna di baliknya. 

Pembaca tidak akan banyak mengernyitkan dahi ketika membaca puisi-puisi dalam antologi ini, sebab salah satu pola tulisan dari penulis antologi ini adalah bahasanya mudah dicerna. Dengan demikian sangat wajar bilamana buku ini bisa masuk di wilayah akademis sebagai salah satu bentuk pengenalan sastra kepada para siswa (di tengah semakin redupnya upaya-upaya pihak akademisi untuk memasyarakatkan sastra). Sebagaimana judul dalam buku ini, demikian pula tujuannya terbitnya buku ini adalah baik adanya. Yaitu guna pembelajaran.

Pembawaan-pembawaan bahasa puisi di buku ini ringan adanya. Pembaca tidak perlu banyak membuka kamus, sebab tidak banyak istilah asing. Hanya saja ada beberapa puisi tertentu memakai bahasa daerah (Bahasa Jawa). Tentu, pembaca perlu melakukan upaya terjemahan. Kasus-kasus yang disetuh lewat bahasa puitika di buku ini pun tidak jauh dari realita di masyarakat sekarang, tentang korupsi misalnya. Jadi, buku ini tidak mengandung banyak tuntutan kepada pembaca. Justru buku ini bisa dikatakan pantas menjadi salah satu rujukan pengenalan sastra sebagai media pembelajaran yang paling dekat dengan pembelajar. 

Tawaran dalam buku ini tidak hanya berhenti kepada para siswa saja, tetapi para pengajar, pun sastrawan atau penulis yang sedang belajar menciptakan terobosan bahasa puitika yang notabene diarahkan pada bidang pendidikan. Oleh karena itu, seirama dengan salah satu potongan bait puisi dalam buku ini, siapapun pembacanya:  Maka teruslah iqro'/Jangan lelah, bacalah!/Alam memberimu ilmu/Ilmu menjadikanmu alim.

Selamat membaca (belajar) !


Semarang, 2015

*) Resensi oleh Ganjar Sudibyo.