PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

6.09.2016

NARASI-NARASI VISI SETELAH SUBUH


#1
matahari naik terburu-buru, angin jauh jatuh dari risik pohon-pohon bambu, suara peluit polisi cilik di pertigaan depan sekolah dasar, hari libur yang pendek dan rengek, timeline daring dengan berita-berita tak menggembirakan, ancaman-ancaman pertemuan ganjil seolah mengintai di kehibukan "mengunci ingatan" yang lendir kelemayarnya berangkat dari barasuara dengan speaker 24 jam; rupa-rupanya, ia sedang dibidik cemas oleh memori yang berjarak secangkir kopi. "nikmat sekali amis kepadatan pagi ini", katanya

#2
sisa bau percakapan semalam memecah waktu sepagi ini. tiga kali bibirnya tanggal dengan cambuk punggung sebagai pepulih. pikiran dengan lintasan film-film lawas di mana seluruh potongan adegan bangun pagi berulang diputar, lalu catatan-catatan kebahagiaan belanja tersimpan di kantong celana yang koyak. ia tenang saja merangkum macam iklan penyakit bungkus rokok. ia lebih peduli, dada yang terus dipukul oleh kepala dengan bunyian lonceng, adzan, dan burung-burung sangkar. tiga kali ia menawar supaya masa lalu pulang ke abu, tapi sampah tisu dan plastik di luar terus menumpuk; semesta barangkali telah mendidik serupa batu dan memberinya restu. ia mendongak, kepada ibumasa-depan yang mengasihinya, kulit langit sedang ingin biru-birunya.

#3
sebagaimana diktum sapardi di bulan juni, hujan semalam di pusat kota, makanan yang tersisa, kegaduhan yang lagi mengincar di musim kucing kawin, kerja-kerja yang tertunda, dan pertemuan yang belum genap. sejak nasib membuntutinya yang terkadang menyamar sebagai teror-teror di pikirannya sendiri, ia berupaya memuasakan tabah yang biasa dikecap dengan mudah. malam-malam, malahan ia tak berhenti mengupas lebam dosa dengan ludahnya sendiri.

#4
matahari benar-benar diakuinya telak. membangun jiwanya dengan serangkaian lanskap, selain tujuh kali tujuh kepedihan dari darah yang terus ngalir sehabis pelukannya redam dihabiskan milyaran cahaya



2016
(sumber lukisan: https://id.pinterest.com/)