PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

9.28.2015

FABEL AESOP #7: SERIGALA BERBUSANA DOMBA




PADA SUATU MASA, seekor serigala memutuskan untuk menyamarkan penampilannya demi kemudahan dalam mencari makanan. Mengenakan kulit domba, ia merumput dengan kawanan domba, berusaha menipu gembala dengan busana yang dipakainya. Pada sore hari ia terkunci oleh gembala di kandang domba; gerbang ditutup, dan seluruh akses masuk telah disusun seaman mungkin. Tapi gembala itu kembali ke kandang domba pada malam hari untuk mendapatkan daging sebagai persediaan makanan di hari berikutnya. Naas, ia keliru. Gembala itu terjebak dengan seekor serigala bukan seekor domba, dan kemudian membunuh gembala itu seketika.  Celaka yang mencari. Celaka pula yang menemukan.



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: screenshoot youtube.com



MITOS AESOP BESERTA FABEL-FABELNYA




ALKISAH, saya sedang hendak berusaha mempunyai pikiran seperti anak-anak pada masanya. Pikiran yang selalu diawali dengan rasa ingin tahu. Saya kemudian teringat seorang tokoh psikoanalisis sosial, Erik Erikson pernah bertutur dalam bukunya "Childhood and Society", tentang ketidakmauannya untuk berhenti berpikir seperti anak-anak. Sebagian penulis pun pernah bilang demikian. Berpikir seperti anak-anak berbeda dengan berperilaku seperti anak-anak. Berpikir seperti anak-anak dimaksudkan bahwa ada sisi-sisi yang dapat diambil dari perangainya.  Selain keluguan, kejujuran, wajah-wajah yang nampak selalu menggemaskan, ada satu hal yang tak kalah pening, yaitu sisi keingintahuannya menghadapi realita. Keingintahuan bukanlah segalanya untuk mencapai segalanya, tapi keingintahuan adalah pemantik yang mujarab. Dalam komparasi yang pasaran, keingintahuan lebih baik daripada sok tahu. Nah, saya sudah lama hendak membangkitkan gairah keingintahuan itu dalam kepala saya. Setelah beberapa waktu, saya disadarkan dengan sebuah lintasan pikiran: membaca buku cerita anak. Saya berputar-putar mencari buku itu di dalam internet. Hingga kemudian saya memperoleh beberapa ebook berbahasa Yunani, eh maaf, berbahasa Inggris. Ada nama-nama pengarang seperti Hans C Andersen, Grimm bersaudara, Joseph Jacobs, Ignacz Kunos, Robert Luis Stevenson, dan masih banyak yang lainnya. Tapi saya menemukan seorang pengarang cerita anak yang namanya hampir sama seperti tokoh dalam kartun One Piece: Aesop (eh Usop maksud saya).

Waktu itu saya putuskan untuk pergi ke rumah kawan yang akan belajar bahasa asing di pulau seberang. Dia mencetak banyak ebook dalam bentuk fotokopian atau stensilan. Di situ saya menemukan beberapa pengarang cerita anak. Kemudian kawan saya itu menyodorkan satu buku kumpulan cerita anak hasil unduhan di situs sebuah perguruan tinggi di Amerika. Singkat cerita, Aesop menjadi nama pengarang yang hendak saya telusuri kitab cerita anak yang telah ditulisnya. Selang beberapa waktu, saya mendapatkan ebook classics yang berisi kumpulan berbagai cerita anak milik Aesop. Saya langsung membuang waktu yang tersedia untuk membacanya. Dan, mencoba mengalihbahasakannya ke dalam Bahasa Indonesia. Tak lama, saya menerjemahkan 7 judul cerita anak karya Aesop.

Aesop menurut berbagai sumber pustaka, konon lahir di Asia kemudian menjadi budak di Yunani. Ada yang mengatakan 550 Sebelum Masehi. Yang lain mengatakan 650 Sebelum Masehi. Tapi saya tidak ingin dibikin bingung oleh almanak kelahirannya. Aesop berwajah degil, dan adalah seorang budak. Ya, budak. Budak yang cerdas dalam menangkap suatu perisitiwa yang kemudian dibahasakan melalui cerita-cerita. Ketekunannya, kejeliannya, ketajamannya dalam melihat sesuatu, terutama tingkah polah manusia menjadi modal ketika menuliskan ke dalam bentuk asosiasi manusia dengan binatang. Maka, tak jarang cerita-ceritanya mengandung amanah moral yang luar biasa kuat dan melampaui zaman. Beberapa sumber pustaka bahkan menyebutkan bahwa kisah-kisah cerita anak yang ditulis Aesop telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Arab dan juga Bahasa Indonesia. Ya meskipun sudah ada banyak kisah Aesop yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, saya pribadi malah merasa ingin-tahu bagaimana proses penerjemahan kisah-kisah cerita anak yang ditulis oleh Aesop. Toh, ini baru kali pertama saya menerjemahkan cerita anak. 7 judul cerita anak karya Aesop yang coba saya terjemahkan bukan serta merta saya ingin memunculkan tendensi sesuatu bahwa cerita ini lebih penting dari cerita-cerita lainnya. Tidak. Saya hanya ingin menerjemahkan saja, maksud saya mengalihbahasakan.

Saya punya kepercayaan bahwasanya Aesop pernah lahir, hidup, dan menulis kisah-kisah anak itu. Meskipun beberapa sumber pustaka juga menyebutkan bahwa Aesop hanyalah pengganti nama anonim. Dia tidak pernah lahir, hidup, dan menulis. Dia hanya mitos. Mitos yang kemudian digunakan untuk menutupi mitos-mitos kecil di dalam judul-judul cerita anak. Terlepas dari risalah fabel-fabel yang tentu sarat dengan fantasi dan imaji, dengan membaca fabel-fabel tersebut saya menjadi semakin yakin saya bisa mencapai kebangkitan atas pikiran anak-anak lagi. Merasakan bahwa binatang bisa berbicara, bertingkah, berperasaan, berbahasa dengan karakter manusia. Merasakan bahwa tumbuhan dan benda-benda bisa bergerak dan tertawa, mengajarkan perilaku-perilaku tercela atau sebaliknya, berbisik di telinga anak-anak posmo bahwa suatu waktu mereka pernah Ada!


2015
Sumber gambar: www.jssgallery.com

FABEL AESOP #6: PENCURI DAN IBUNYA




SEORANG ANAK LAKI-LAKI suatu ketika mencuri sebuah buku pelajaran milik salah seorang teman sekolahnya lalu membawa buku itu pulang untuk ditunjukkan kepada ibunya. Ibunya tidak pernah kemudian memukulinya, tetapi malah mengajurkan anaknya untuk mencuri. Di kemudian hari, anak laki-laki itu mencuri sebuah jubah dan membawa jubah itu kepada ibunya, namun ibunya malah memuji apa yang diperbuat anak laki-lakinya.

Anak laki-laki itu menjadi pemuda dan kemudian beranjak dewasa, ia bertambah banyak mencuri barang-barang dengan nilai yang lebih besar. Pada akhirnya ia tertangkap ketika perbuatannya yang kelewat tercela diketahui orang-orang. Setelah tangannya diikat di belakangnya, ia diantar menuju tempat eksekusi umum. Sang ibu mengikutinya dalam kerumunan dan dengan jantung berdebar keras dadanya larut dalam penyesalan. Di sela waktu anak laki-laki itu berkata, "Saya ingin mengucapkan sesuatu di telinga ibu saya." Ibunya datang mendekatinya dan ia dengan cepat meraih telinganya dengan giginya lalu menggigitnya. Sang ibu mencelanya sebagai anak yang kurang waras, sebab itu anaknya membalas, "Ah! Jika ibu memukuliku ketika aku pertama kali mencuri sebuah buku pelajaran yang kutunjukkan kepada ibu, aku tidak seharusnya berada di sini. Perbuatan ini membawaku pada kematian yang penuh aib."




*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: propelsteps.wordpress.com




FABEL AESOP #5: DUA TRAVELER DAN SEEKOR BERUANG




DIKISAHKAN dalam suatu cerita, ada dua orang lelaki bepergian bersama-sama. Di tengah perjalanan tiba-tiba mereka bertemu dengan seekor beruang. Lalu seorang dari antara mereka naik dengan tergesa menuju pohon dan berusaha menyembunyikan diri di antara dahan-dahannya. Seorang yang lain, memandang bahwa ia mesti akan diserang oleh beruang itu. Tahu demikian, ia kemudian menjatuhkan diri di permukaan tanah. Ketika beruang datang, beruang itu mencium seorang lelaki itu dengan moncong hidungnya, dan membau seluruh tubuhnya, ia hanya menahan napas, dan sebisa mungkin berpura-pura berlagak seperti orang mati. Waktu berselang, beruang itu pun bergegas meninggalkannya, sebab beruang tidak akan menyentuh mayat. Ketika beruang itu pergi cukup jauh, seorang lelaki yang lain turun dari pohon. Dengan bercanda ia bertanya kepada temannya tentang apa yang beruang itu telah bisikkan di telinganya. "Dia memberiku nasihat begini," jawab temannya. "Jangan pernah melakukan perjalanan dengan seorang kawan yang meninggalkanmu ketika berada dekat dalam marabahaya." Demikian kemalangan menguji ketulusan hati dari seorang kawan itu.



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: watchongadget.net





FABEL AESOP #4: ANJING DAN BAYANGAN



SEEKOR ANJING melintasi sebuah jembatan di atas arus sungai deras dengan sepotong daging segar di dalam mulutnya. Ia kemudian menengok ke bawah, melihat bayangannya sendiri di permukaan air sungai tersebut. Ia berusaha mengambil sepotong daging Anjing lain itu yang ukurannya dua kali lipat dari daging yang dibawanya. Lalu ia segera membuang potongan daging yang di dalam mulutnya, dan dengan hantaman keras menyerang Anjing di dalam sungai itu untuk memperoleh potongan daging yang lebih besar dari potongan dagingnya. Demikian ia malah terjerumus kehilangan kedua potongan daging tersebut: karena ia yang menggenggam potongan daging di dalam air adalah sebuah bayangan; dan bayangan itu miliknya sendiri, dan tentu karena deras arus sungai, ia terseret entah ke mana.



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: www.tx.english-ch.com



FABEL AESOP #3: SANG KEMATIAN DAN SEORANG LELAKI TUA




SEORANG LELAKI TUA dipekerjakan untuk memotong kayu di dalam hutan. Ketika ia menjalankan pekerjaannya memanggul kayu bakar ke kota untuk dijual hari itu juga, ia menjadi sangat letih dengan perjalanan panjang yang ia tempuh. Oleh karena itu, ia duduk di pinggir jalan, lalu meletakkan bebannya. Ia memohon kepada "Sang Kematian" supaya lekas datang. "Sang Kematian" segera muncul sebagai pemenuhan jawaban atas panggilan dan meminta penjelasan kepadanya alasan kenapa ia memanggilnya. Seorang lelaki tua itu terburu menjawab, "Kayu-kayu bakar itu, angkatlah beban itu, Engkau barangkali dapat meletakkan kembali pada kedua bahuku ini."



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: evanira.deviantart.com



FABEL AESOP #2: GEMBALA DAN DOMBA-DOMBA



SEORANG GEMBALA mengarahkan domba-dombanya menuju sebuah hutan kayu, ia menjumpai sebuah Pohon Ek dengan ukuran yang tidak biasa, yang lebat dengan biji-bijnya, lalu ia menghamparkan jubahnya di bawah cabang-cabang pohon itu, ia memanjat pohon itu dan menggoncangkan dahan-dahan yang menumbuhkan banyak biji. Domba-dombanya memakan biji-biji yang berjatuhan dengan berebut yang kemudian tidak sengaja mengoyak jubah gembala itu hingga koyak. Ketika sang gembala turun dan melihat apa yang diperbuat domba-dombanya, ia pun berucap, "O Hai makhluk-makhluk yang paling tidak tahu berterima kasih! Kalian menyediakan wol demi dijadikan pakaian bagi seluruh manusia, tetapi kalian menghancurkan pakaian seseorang yang memberi kalian makan."



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: www.mainlesson.com




FABEL AESOP #1: SEEKOR SINGA DAN SEEKOR TIKUS




SEEKOR SINGA tiba-tiba bangun dari tidurnya tersebab seekor tikus sedang berlari cepat di atas wajahnya. Bangun dengan rasa marah, ia lekas menangkapnya dan hendak membunuh tikus itu. Seketika itu pula, si tikus dengan muka melas memohon kepada singa itu, mengatakan: "Jika engkau bersedia menyelamatkan hidupku, aku pasti akan membalas kebaikanmu". Singa itu menertawakannya dan membiarkan tikus itu pergi. Tak lama berselang setelah kejadian pembebasan si tikus, Singa tersebut tertangkap oleh beberapa pemburu, ia diikat dengan tali di atas tanah. Si tikus mengenal suara auman singa itu, lalu ia datang menggerogoti tali dengan giginya, lalu melepaskannya dari ikatan itu, lantas berseru, "Engkau pernah menyepelekan janjiku yang semestinya bisa membantumu, mengharap kembali untuk menerima setiap pembalasan dariku atas kebaikan hatimu. Sekarang engkau tahu, bahwa meskipun aku seekor tikus bisa saja aku menipu pada seekor singa, sepertimu. "



*Dialihbahasakan oleh Ganjar Sudibyo setelah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh George Fyler Townsend. Sumber cerita: The Pennsylvania State University (for the source electronic book file version). ISBN 978-1-4340-0146-7. Sumber gambar: www.blandspace.com