PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

2.25.2016

IL POVERELO


lapar sebab setiap jumat yang agung, ia memilih
bersemayam pada tau dengan kilat coklat; seperti
jubah-jubah berkerudung dengan ikat pinggang
sumbu kompor, berjalan telanjang kaki percaya
bahwasanya tanah mengalirkan akar-akar darah,
dan raga dengan kaul jiwa-jiwa selibat.

maka murung mukanya diikat dengan ofisi
seribu tahun agar secercah langit tiga hari sehabis
goncangan di listostrotos, tabir kuil yang terbelah
menjelma pemulih kepedihan bagi semesta
yang dikhianati makhluk-makhluknya sendiri.

pada dahaga yang membuat jerih payah ada,
binatang dan tetumbuhan tak pernah tak jujur
kepada yang bernama tubuh. lalu ia mengucap
mereka sebagai saudara; supaya sukacita naik
ke haribaan juru-bahasa yang sama


2016

2.19.2016

KUCING DAN TIKUS*


 



Pada ujung potongan-daging domba, di bawah terik matahari
Seekor tikus mengambil posisi, menatap kesempatan
Ia lalu mulai takut untuk mengambil.
                                        Zaman dan sebuah dunia yang
Terlampau tua untuk mengubah, hamparan Five Mile--
Ladang-ladang, desa-desa, peternakan--mengumandangkan berat perasaan
Atas ketidaksadaran pada hidup.
                                         Baik yang berkaki

Dua maupun empat, o betapa picik para pendoa!
Baik di mata Tuhan maupun di mata seekor kucing.



*Diterjemahkan dari "Lupercal" (karya Ted Hughes) oleh Ganjar Sudibyo, 2016.

2.14.2016

OBITUARI DARING



kepada....

seperti fesbuk menyatakan teman pada
yang bernama kenangan, notifikasi bilang
ia telah menjengukmu dari mode-mode
tak tampak, menawarkan identitas diri
pertemanan hingga kerumitan.

lalu lintas bak kota tak pernah tidur, 
padat melalulalangkan kabar
sebab saban hari adalah pengingat
ini kawan berulang tahun; tapi di beranda
ia mulai alpa pada yang bertanya 
dengan kaca yang selalu sama
apa yang kamu pikirkan?

terbaca pesanmu penuh ngungun,
bagaimana cara selfie paling catchy
bagaimana membagikan perasaan
kepada publik bahwa pikiran-pikiran kini 
berhastag hanya untuk kamu
 
ia yang sempat memilih musim berkicau
pada 140 kata jauh sebelum kamu
menyatakan bahwasanya cinta itu 
diciptakan oleh foto profil
dan unggahan foto album
yang lupa kamu kunci


2016


2.12.2016

PERCAKAPAN LAWRENCE JOSEPH DENGAN YEHUDA AMICHAI [1]*


(Perlu diketahui bahwa wawancara ini saya penggal secara acak, sesuai mood penerjemah)




Terlepas sejauh ini--ketika berusia 18 tahun--pernahkah Anda menulis, lebih tepatnya berpikir tentang menulis puisi?

Dalam benak saya, tidak pernah terlintas untuk menulis puisi, setidaknya tidak dalam arti secara umum. Saya menulis beberapa di buku harian, yang kemudian hilang, dan saya hanya banyak membaca. Saya mulai menulis puisi demi gadis yang saya cintai. Ya, hanya itu dan ini bersifat pribadi.

Kapan Anda mulai serius dalam menulis puisi?

Saya menjadi tentara tetap hingga akhir tahun 1949. Saya kemudian kembali ke Yerusalem dan mulai mengajar lagi. Saya juga mengambil beberapa kursus di Universitas Hebrew, studi tentang Alkitab dan sastra. Lalu, beberapa waktu kemudian, saya mulai serius dalam menulis puisi. Hingga waktu itu saya tidak pernah berpikir bahwa menulis merupakan suatu jenis pekerjaan, sebab saya merasa tidak yakin akan apa yang sedang saya lakukan. Saya seorang yang pernah berada di kemiliteran. Saya meyakini bahwa secara khusus menulis merupakan cara untuk menjaga beberapa pemikiran pribadi. Saya tidak pernah menulis selama di medan tempur, namun kadang-kadang ketika dalam pertempuran saya menulis apa yang bisa dijadikan wasiat-wasiat kecil, warisan-warisan kecil, pesan-pesan terakhir, objek atas perasaan yang bisa saya jaga dan tetap saya bawa. Apa yang saya tulis saat itu bukan untuk orang lain. Saya juga bertanya-tanya mengapa sepanjang penulis lain mampu mewakili apa yang saya pikirkan dan rasakan, saya mesti repot-repot untuk mencobanya. Tapi di akhir tahun empat puluhan muncullah titik di mana saya mulai berpikir, mengapa saya tidak melakukan ini sendiri? Tulisan yang saya baca tidak mewakili kebutuhan saya, apa yang saya lihat, dan apa yang saya rasakan. Saat itu saya baru berusia dua puluh lima tahun. Saya mulai menulis puisi pada awal tahun lima puluhan. Saya sedang kuliah di Universitas Hebrew. Oleh karena perang, seluruh generasi saya mulai studi di universitas, ini terjadi ketika kami berada di pertengahan abad dua puluhan. Saya memilih kursus-kursus di sana pada saat saya sedang mengajar murid-murid di sekolah.

Apakah Anda menjalin hubungan dengan penulis lain?

Pada tahun 1951, saya berumur dua puluh tujuh tahun, saya menunjukkan puisi-puisi milik saya kepada salah satu guru saya dalam bersastra, Profesor Halkin. Kemudian beliau mengirim salah satu dari puisi saya itu untuk salah satu majalah, lalu dimuat. Suatu ketika ada sayembara yang disponsori oleh surat kabar bulanan mahasiswa yang diterbitkan sangat terbatas. Saya mengirim satu puisi untuk sayembara itu dan memenangkannya sebagai juara pertama. Saya ikut ambil bagian dalam sekomunitas penulis muda, namun sebagian besar kawan-kawan komunitas tinggal di Tel Aviv. Yerusalem, yang kemudian seperti sekarang, adalah tempat yang cukup banyak terisolasi dari setiap semangat intelektual. Panggung sastra berada di Tel Aviv dan di sana merupakan tempat bagi penerbitan, kafe, bioskop, komunitas penulis dan sebangsanya. Sebagian orang di Tel Aviv mulai menerbitkan puisi-puisi, lebih tepatnya secara berkelompok, empat hingga lima. Salah satu dari mereka, Benjamin Harshav, sekarang menjadi profesor di Yale. David Avidan, Nathan Zach, dan menyusul Dahlia Ravikovitch juga di dalam kelompok itu. Saya lebih tua daripada yang lain karena penyair-penyair lain yang berusia seperti saya telah serius menulis lebih lama daripada saya. Para penyair lain telah serius menulis pada akhir remaja, awal dua puluhan. Tidak ada penerbit yang akan menerbitkan kami, jadi kami menerbitkan majalah kecil sendiri dan mempublikasikan sendiri. Buku pertama saya pada kenyataannya, yang terbit pada tahun 1955, diterbitkan oleh majalah ini, yang berarti bahwa itu diterbitkan dengan uang saya sendiri. Tempat-tempat penerbitan hanya menerbitkan karya-karya orang tua yang namanya sudah besar dalam sastra Ibrani modern seperti misalnya Bialik dan Tchernikhovsky serta penyair yang sangat populer seperti Alterman, Shlonsky, dan Greenberg. Dari semuanya itu, saya akan mengatakan bahwa saya menulis di bawah pengaruh puisi Rusia, Jerman, dan Perancis.

Apakah Anda memiliki banyak kawan penulis?

Saya tinggal di Yerusalem, bila dibandingkan dengan Tel Aviv sangat tidak artistik sekali. Tel Aviv adalah sebuah kota yang sangat memukau, sangat hidup, dan sebagian besar aktivitas dalam sastra, teater, jurnalisme, penerbitan, lukisan, fotografi, bioskop ada di sana. Sebaliknya, Yerusalem adalah lingkungan tertutup, sangat sedikit aktivitas kesenian. Itulah kenapa saya suka tinggal di sana. Saya merasa banyak menghidupi diri saya sendiri di sana, seperti orang-orang pada umumnya, saya tidak ikut nongkrong di saban kafe sastra karena sesungguhnya tidak ada sastra di dalamnya. Saya pikir itu wajar bagi para penyair untuk bergaul, tapi saya juga berpikir setelah waktu tertentu itu sangat sulit bagi penyair untuk menjaga sebuah kelanggengan dalam persahabatan. Misalnya, saya selalu merasa bahwa jika dua penyair menikah, maka pernikahan itu menjadi hampir mustahil. Secara pribadi saya tidak berpikir bahwa seorang penyair menjalin persahabatan nyata dengan penyair yang menulis dalam bahasa mereka atau di wilayah mereka. Saya rasa tidak demikian. Saya bertumbuh dengan gagasan ini --saya berpikir bahwa hal tersebut diasuh oleh hubungan spritual-romantisis antara Keats dan Shelley, Wordsworth dan Coleridge-- yang mana bisa dikatakan bahwa penyair adalah teman terdekat. Bagi saya, kendati persahabatan dengan penyair dirasa sulit karena seorang penyair memiliki ego dan kecemburuan yang besar. Saya tidak berpikir bahwa saya memiliki satu tulisan teman dalam bahasa Ibrani yang merupakan seorang penyair yang saya perhitungkan di antara kawan-kawan dekat, kawan-kawan terbaik saya. Saya berpikir bahwa para penulis, terutama penulis dalam bahasa yang sama, yang sebenarnya lebih dari sekedar kawan, seperti ahli bedah di kalangan ahli bedah. hubungan profesional semacam ini yang terbaik, meski seseorang bisa berpotensi sebagai pemantik suatu perseteruan. Demikian jalan terbaik adalah menghindari ini, menjauh dari hal tersebut. Saya dekat dengan kawan yang penulis seperti Ted Hughes. Ia juga memiliki sikap emosional pada diri macam mereka. Hughes merasa tidak pernah membutuhkan kesusastraan London, panggung artistik dan saya yakin ada banyak orang yang tidak sepertinya, ia keluar dari perkara kecemburuan atau alasan-alasan lain. Saya memiliki kawan-kawan baik lain yang menulis dengan bahasa berbeda di mana saya bisa menghabiskan waktu yang berkualitas dengan mereka. Christoph Meckel dari Jerman, Stanley Moss dan Philip Schultz sebagai contoh, misalnya. kawan-kawan dekat saya di Israel adalah sebagian besar orang yang terlibat dengan keilmuan, seorang ahli geologi dan ahli biologi, ya barangkali karena saya sangat mengagumi sekaligus cinta akan ilmu-ilmu alam.

Apakah Anda membaca banyak puisi?

Bacaan saya sebagian besar adalah puisi, banyak buku puisi, dan sampai sekarang lalu setelah itu bacaan novel atau buku cerita. Ketika saya muda, saya terbiasa membaca banyak buku-buku fiksi. Saya juga membaca koran-koran dan majalah. Beberapa koran di Israel cukup menarik, dengan rubrik-rubrik ulasan budaya dan politik yang bermutu.


*Diterjemahkan dari "Yehuda Amichai, The Art of Poetry No. 44, Interviewed by Lawrence Joseph" oleh Ganjar Sudibyo, 2016
**Sumber foto: https://id.pinterest.com/pin/508625351637385233/


2.11.2016

DISTIKON SOPHIE




mendaur gumun kita di hadapan silau belati
aku dan kamu berada pada poros yang tak pasti

antara risik gulma tumbuh seratus tahun sisa sunyi
dalam kamu gema ingatan diasingkan dalam bunyi

bak seorang yang sadar telah dicuci otaknya lalu kembali
pada peradaban yang membentuk luka-lukanya menjadi

masa depanmu rancangan batu yang hendak dipahat
aku tanah liat penerjemah musim yang gagal sebelum dilumat

kuasuh sembilu itu seraya melepasmu lipat-lipat
sophie, biarlah tanda-tanda selalu tak sempat

kita bahasakan sebagai pelatuk keputusan
yang menyangkal berkali-kali keharusan

menyesap
bibirmu


2016