PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

9.30.2013

MENERUSKAN MIMPI YANG CEMAS TADI MALAM


“gusti ampunilah mereka
mereka belum sampai menampung 
mahaluas pengetahuan;
dan ampunilah kami
sebab kami sering membusung dada
ketika kami memandang di luar kami”

pada pandangan yang diciptakan oleh jarak,
mereka tak henti-hentinya menjelma bahasa
menjadi perkara yang ngeri:
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
matahari menyembunyikan tubuh mereka
awan-awan bergerak berbalik jauh dari jangkauan
langit-langit yang membuat pandangan mengenal
warna: mana biru rencana mana putih mimpi;

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”

ia tua tapi meruwat kami
supaya tetap muda dan mesra,
demikian mereka yang tidak juga bangun
atas pengetahuan yang perlahan dihancurkan
dilebur dalam angin dingin hingga tak kelihatan
lalu diatas-namakannya keyakinan
supaya tidak bisa diperdebatkan
supaya hanya bisa dipandang, kata mereka

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
membaca jarak dengan bahasanya:
ini pikulan yang nikmat sayang
barangkali demikian mereka didhawuhi gusti
barangkali demikian kita dirawuhi gusti


2013



9.17.2013

KOTA LENGANG YANG DIPADATI BAHASA



ia menghela nafas, berjalan jauh dari
langit yang tampak lebih dalam dari pandangannya
ia menghela nafas, berjalan jauh sebelum matahari
merapikan kaca-kaca jendela dengan pantulannya

di sini orang-orang seberang datang memperkarakan bahasa
entah terjalin oleh apa bahasa itu sehingga kota ini
kerap kali memulangkan dengung seperti sisa bunyi
akhir konser musik;

menjelang subuh
ia gantung kaki-kakinya yang sedingin tiang-tiang listrik
sebelum pergi kepada asal di mana sesuatu pun
tak dapat mengacuhkannya

sebab gelap ini atau terang itu:
tak mutlak membuat segala yang lahir menjadi tahir

adalah bahasa yang menyihir peradaban
memerciki langkah-langkah kecil dan asing
menutupi kota ini yang teramat janggal
teramat lengang

milik kami bukan hantu, bukan?
tanya mereka kepadanya


2013

9.06.2013

SESEORANG SEPERTI CHAPLIN DI PUSAT KOTA


1. 
berapa anak kemungkinan lagi yang mesti kita telusuri,
kita eja serupa bahasa-bahasa baru dan asing
bila hidup adalah perputaran lahir, tua, sakit, dan mati;
ada yang diam-diam bekerja di kaki-kaki kita,
yang diam-diam menggerakkan mata kita
yang sering kabur memandang warna lampu lalu lintas
dini hari. pada jam-jam kemudian, langkah-langkah
kita lepas sebab orang-orang mulai memanjangkan lengan
ada yang tengadah, ada yang nunduk;
kota jadi khusyuk sekali seperti warna kuning pelabuhan
di kejauhan

tapi di luar itu, seseorang hanya ingin memandang
(seseorang seperti chaplin)
semua sebagai kartun-kartun lucu. sebab ia hanya
rindu: kenapa orang-orang tak bosan merawat
tingkah yang kaku

2.
jazirah ini tak punya batas sejarah,
kota yang mesra terhadap kita
kita yang nakal terhadap kota
kita dan kota sama-sama punya urusan,
hanya rasa-rasanya ada yang keterlaluan
membikin aturan palsu
menaubatkan pelanggaran
sebagai teguran palsu

tapi di luar itu, seseorang ingin sekali bilang
(seseorang seperti chaplin)
bahwa taman kepedihan dan percintaan
adalah bagian dari tata kota yang lucu

lalu kita berjanji tidak akan
menebalkan bulu mata dan alis saja
namun juga bibir untuk terus tertawa
memandang ruang-ruang berputar
mengejek dirinya sendiri


2013