PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

10.30.2010

POESIS


apa yang tak bisa ditumpah dan tertumpah
padamu,

mataku?



2010

10.22.2010

SEMIOTIKA HURUF


A

i


B

a


C

j


D

a


E

t


F

u


G

h


H

k


I

a


J

n


K

p


L

u


M

i


N

s


O

i


P

k


Q

e


R

j


S

a


T

n


U

t


V

u


W

n


X

g


Y

m


Z

u


2010


10.19.2010

MENULISMU AYAH


ayah pernah bilang,

"jangan isi perutmu

dengan sebongkah bulan retak

ketika setiap malam ibu

mempebincangkan dongeng"


*

malam-malam begini ada jemari

yang tak bisa berhenti menulismu, ayah

ia bergerak ke dalam rindu paling relung

dan mataku tak cukup mengusap apa-apa

yang keluar darinya melaluinya; tahukah

bahwa ia perlahan bernama pelukan

di seberang jarak rumah dulu?


**

seketika ada bintang jatuh

aku mencoba jadi kantong

untuk menyimpan pecahannya

di saku doamu;

supaya suatu waktu aku diizinkan

merasakan memahamkan

bahwasanya harapan itu

tak pernah jatuh

pun timpang ke atas kepala


maka, ayah


aku ingin mendengarkan sekali lagi

dongeng ibu tentang langit malam

ketika si kancil tak lagi mencuri

timun di lahan tempat segalanya

bersegera melerai jarak yang dekat

berkali-kali memanggil namamu

menuliskanmu dengan huruf-huruf

yang terkunci supaya siapapun

tak ada yang merasa berseberangan,

kehilangan.


2010


10.15.2010

DI BAWAH LAMPU JAM TIGA PAGI


*

ada gambar wajah dan kakimu

telungkup pada baskom

berisi airmataku


**

pundak dan tangan yang kuberikan

rupanya susah menjadi huruf

di gelombang menuju kotamu;

kotamu yang masih rapi

tapi, tampak segalanya

seperti buritan


***

jika dua mata ini tak cukup

maka ambillah yang ada

pada dadaku,

sebab jantungku tau

kapan harus berdetak

kapan menyatu dengan detakmu


****

jam tiga pagi ini

ada tubuh yang puisi

penangkal remang-rindu

di bawah lampu

yang gelisah memijar tanya


apakah usiamu setara tangismu,

mataku?


2010

10.14.2010

TAK ADA YANG PULANG DARI ANGIN MATA LALU

tersebab mi


siur manakah yang lembam di matamu, mi?


angin itu memilih diam untuk kakimu

yang kau sembunyikan di balik jilbab;

tapi, jilbab itukah yang sebenarnya mengajak

mencelakaiku di ingatan masa depan?


duh, mi

mata ini meratap seraya takut

akan besok yang jadi lebih dingin

tanpa puisi tanpa jaket, syal atau selimut


mata ini berpenyakit dari angin salah arah

angin yang tak pulang-pulang oleh setangis rindu

kepada jarak yang seperti merasa sendiri

dan mengoyak-oyak rambutmu, dadaku


sebab itu, di matamu aku merawat mataku

supaya angin tak berjejal masuk

dari arah dan lupa yang lalu

datang menjagal siur yang ingin membusukkan

niat di pengaduhanmu kepadaku


2010

10.09.2010

DI SANA, DI LUBANG DADA IBUMU


*

oktober lalu kau lupa, pun sekarang


di sana,

tak kutemukan kata kau di telapak

tanganku bergurat seribu nasib

seribu pemahaman baru tentang

alamat yang sebenarnya tak sesat

dan tak ada Roma

di setiap kau bacakan almanak


**

bahasa bukan lagi hikayat ibu yang kuno


jikalau,

kau adalah malin kundang yang bertobat

maka sebenarnya durhaka telah menjadi bijak

karena sepeninggalan manusia yang mengadakanmu

bukanlah cerita fiksi atau bahasa takhayul


maka di sana,

di lubang dada ibumu

ada suara parau tentang kau

yang sedang memecah rindu

bagaimana rasa tawar terakhir

dari air susu ibu yang selalu sama

dan tak lagi kuno seperti sekarang.


2010

10.07.2010

JENDELA YANG TAK SEPERTI PERMAINAN AIR DAN API


"bermain air basah

bermain api hangus"


*

sisi manakah yang membaca

tanda di peribahasa wajahmu,

sebab ada bahasa lain

mencoba jadi peri


dinding kamarmu telah tandas

untuk kesekian kalinya

seperti kau jatuh di pelukku

dan jam yang menggeser ranjangmu

sesekali kau sembunyikan

di bawah selimutmu yang gigil


**

jendela di samping meja belajarmu

mencoba untuk jadi permainan

yang tak kalah basah dan hangus;

ia telah belajar dari raut muka dan dadamu


suatu waktu aku tak mungkin ada

di tempat persembunyian mana

juga permainan apapun

seperti puisi yang robek

oleh air dan api.


2010


10.05.2010

BAGAI PUNGUK MERINDUKAN BULAN, MAKA DI SINI TERCATAT TAK ADA KERINDUAN BAGI BULAN


"bahwa mimpi itu seperti suaramu

merayap-rayap menjadikan

punguk yang lain"


aku telah bersabar menunggumu

mengambilkan bulan di sebelah teras

tapi tak ada kabar tentang tengokanmu

yang lalu


maka dengan kemauanku sendiri

aku mencatat kepergianmu seperti

aku mencatat tak ada catatan

bagi bulan yang telah kupesan

padamu


di kotamu yang singgah, mi

aku menanarkan mataku

untuk kutanggalkan pada punguk

yang berlarian namun tak sampai

menuju dendang bulan rindu


dan sesekali aku bertanya;

bulan manakah yang tak mencatat rindu punguk kita

atau kita lupa mencatat nama rindu?



2010

PERCAYA SAJA, HAUS TAKKAN MENDAPATI AIR MINUM RASA DURI



setiap tenggak dan rindumu adalah tenggorokkanku yang ingin

menginapkan bagaimana haus itu bertanya-tanya tentang siapa

yang bisa mencabuti duri di tenggorokan kita besok. namun jikalau

kita tak sepaham, maka pelukkah leherku erat-erat. rasakanlah bagaimana

tak ada kehausan yang panjang sebagaimana ceritamu tentang air

di kubang matamu. bila aku mendapatimu nanti,

kelak tak ada haus tidur bersama duri di tenggorokkan kita.



2010

10.04.2010

LEMPAR BATU SEMBUNYI TANGAN, LEMPARKAN AIRMATAMU SEMBUNYIKAN PADA BATU


di siluet yang kau namakan senja

segalanya adalah nyawa yang kembali

seperti sediakala menjelang pagi

ketika tangan menengadah

merangkaikan matahari pada kepala


di pagar rumahmu ada nyanyianmu

yang dibawa pulang burung-burung;

dan tempayan yang tadi siang hilang

ternyata kau bawakan untukku

supaya tak ada kekosongan

juga kepalsuan pada pepatah

manakala tertabur dari benakmu


di jendela matamu ada senja dan nyanyian

duduk bersama menyembunyikan airmata

melempar batu dari arah malam


2010


10.02.2010

HALUSINASI DI SUATU KESEMPATAN


:1

dinding yang tua, seorang yang resah

mereka berebut kursi


:2

sore yang lupa pulang berburu kail.

didapatinya ikan berwarna jingga

memantul ke atas langit dan jatuh

seperti hujan


:3

suatu pagi ingat bahwa rumahmu terguncang

ada keresahan dan alat pancing yang tertimbun,

ada mendung


:4

jauh, di suatu kesempatan

mereka adalah halusinasi

yang tertulis bukan karena pasi-puisi


:5

malam melempar burung-burung hitam

kepada kata-kata kertak kepada bulan perak;

jikalau tak ada kesempatan

cukuplah duduk bicara bersama halusinasi


2010