PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

6.24.2014

PUISI-PUISI GABEBA BADEROON




Gabeba Baderoon lahir pada tahun 1969 di Cape Town, Afrika Selatan, dan dibesarkan di
Crawford, Athlone. Dia belajar di Livingstone High School di Claremont sebelum di
Universitas Cape Town, tempat ia meraih gelar Ph.D. dalam prodi bahasa Inggris.
Dia juga belajar menulis kreatif di Sheffield Hallam University di Inggris dan di
Pennsylvania State University. Puisi Baderoon telah muncul di
banyak media nasional dan jurnal. Dia menerima Daimler Chrysler Award dalam South African Poetry (2004), dan antologi yang ia menangkan diterbitkan dalam buku Museum of Ordinary Life (2005). Antologi lain puisi-puisinya
yaitu
The Dream in the Next Body (2005) dan A Hundred Silences (2006).



Berikut ini saya terjemahkan secara bebas dari empat puisinya yang tergabung dalam antologi puisi "Bending the Bow":



Mimpi pada Tubuh Berikutnya

Dari ujung ranjang, aku menarik 
sprei kembali ke asalnya.

Seorang pria tua menggambar sebuah matahari besar bergaris 
dengan awan-awan dari tujuh warna biru.
Di antara pusat kemuning masing-masing
biru justru menjadi sendiri namun,
pada titik itu ia bertemu dengan yang lainnya, 
penglihatan tidak dapat menerka sebuah perubahan.
Pergesekan udara, katanya,
dan warna-warna.

Ketika kamu menyentuh aku dalam mimpi,
kulitmu satu jam yang lalu tidak berakhir
di tempat ia bersama denganku. Tubuhku terus menerus
dalam gerakanmu. sesuatu berhamburan
di antara kita seperti burung-burung dalam kawanan.

Dalam sebuah jarak yang lebar dari dua tubuh kita
cahaya yang mengeras memisahkan kita lagi

tapi di bawah selimut perasaan
tubuh kita adalah satu, hangat berlubang.





Tempat Tidak Ada Apa-Apa

Suatu waktu kita berjumpa dan
pertama kali wajahmu
menamai dirinya sendiri
dari dunia,

Aku mencoba menemukan kata-kata
untuk menunjukkan tempat, dalam dadaku,
dua
perasaan dalam api

seketika itu-
sentuhan dan suara.
Sebuah kata sebagai pegangan dan dengung bersama.

Sebuah kata sebagai petikan ketika
rantai logam dari sebuah jangkar cambuk
mengeras dan mencengkeram.

Atau kekuatan dari tangan-tangan
ketika penari trapeze menjalin satu sama lain, 
dengan cekat, dalam pelukan akhir

kedatangan bersandar
di tempat kamu tahu
bahwa tidak ada
 
sebuah peristiwa sebelumnya.






Menemukan Kamu

Dalam ketiadaan
mu aku menghitung:
diambilnya pensil
-pensil gambarmu demi catatan-catatan itu
dan tiba-tiba, senyum malaikatmu
tidak di sini.

Pemberianku berada di antara tumpukan, dan aku tidak tahu
nama-nama pada kartu yang telah kamu terima.
Gambar
-gambarku berusaha mengelabuhimu, sebuah wajah
yang mencekal matamu.

Seperti aku mondar-mandir pada larik ini, aku memandang
tirisan
lambat makna demi makna.
Pada
sebuah amplop kepadamu aku
telah menulis daftar belanja.
Dari rahasia keindahan catatanmu
Aku tenggak kata-kata
seperti
seorang tamu yang bebal;
pikiran
-pikiranmu adalah penunjuk halaman catatan itu.

Cinta menyeret kita seperti kartu
-kartu.








Mulanya

Aku mengarah ke sebuah sudut dan memandang wajahmu.
Hidup kita tampak seolah putaran yang keluar dari pandangan itu.

Aku menyerahkan segalanya untuk ini.
Aku ingat atas semua yang aku tinggalkan.

Kamu mengemasi buku-bukumu di rak lain milikku.
Pada sebuah amplop kepadamu aku menulis daftar belanja.

Kamu berbicara kepadaku
tentang cinta yang terdahulu.
Kamu mengatakan bahwasanya aku cinta pertamamu.

Sebelum kita mulai kehidupan antara kita bersama,
sebelum kita merenungkan meninggalkan satu sama lain,
menyerahkan wilayah samar itu dari ranjang,

mari kita berputar lama pada muasal kita.




[ Semarang, 2014 ]