PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

12.26.2016

BAGAIMANA MEMBACA NOVEL “KIAT-KIAT TAK JELAS”



Ganjar Sudibyo*


Kiat Sukses Hancur Lebur adalah novel, sebagaimana label yang tertera di pojok kanan atas kover depan. Para pembaca harus paham itu terlebih dahulu sebelum memasuki halaman demi halaman. Mengapa demikian? Saya sempat takjub hendak mengatakan bahwa ini sungguh novel? Beberapa hari minggu setelah saya membaca novel ini, saya mencoba mencari alternatif bagaimana para pembaca novel (lewat resensi atau reviu buku) bercerita tentang proses baca mereka. Dan... Usai saya menulis kata kunci “Kiat Sukses Hancur Lebur”, berikut saya pilih 8 besar nukilan komentar yang bersinar versi saya (tidak menunjukkan peringkat):

1.
“Catatan ini adalah kemungkinan dan kebingungan seorang pembaca. Mungkin Kiat Sukses Hancur Lebur Martin Suryajaya adalah sebuah karya yang dinatkan dan dikerjakan dengan serius dan berhasil, bisa pula sekedar karya main-main dan tidak sepenuhnya berhasil. Lebih sering saya meyakini yang terakhir ini.”

2.
“Akan tetapi setelah membaca dan mendengarkan langsung penjelasan penulis perihal proses penulisannya, saya berpendapat bahwa novel ini memang betul-betul prematur, kelahirannya terlalu dini di tahun 2016. Tiga setengah abad lagi mungkin novel ini menjadi rujukan pelajaran sastra di ruang-ruang kelas.”

3.
“Buku ini, bagi saya telah memperkenalkan genre yang masih ganjil dalam dunia fiksi Indonesia. Kebanyakan dari pembaca fiksi hanya ditawarkan model eksperimen penulisan yang sekalipun kreatif, tak jarang berada pada jalur semiotika formal, yang pada akhirnya membenci humor, dan secara berlebihan menggandrungi balutan kosakata satir. Persis dalam konteks inilah, Kiat Sukses Hancur Lebur menjadi penting.

4.
“Acara selesai sangat singkat. Benar-benar terasa sangat singkat. Tak tahu lagi harus membicarakan apa. Sebuah novel yang benar-benar sialan. Membuat semua orang yang hadir di dalamnya, terasa tak tahu lagi harus mendiskusikan apa. Acara pun ditutup. Dengan tanda tanya.”

5.
Dekonstruksi seperti ini bisa jadi bermanfaat bagi orang-orang yang mabuk akut dalam hidup ini. Mabuk jabatan, mabuk cerita motivasi, mabuk agama, dan mabuk-mabuk lain yang menenggelamkan akal sehat. Resep yang ditawarkan buku ini adalah menggemburkan“mabuk” dengan kegilaan-kegilaan yang tidak kalah akutnya. Jadi, hancur lebur dan sukses sebenarnya merupakan dua wajah dalam sekeping koin.

6.
“Sulit menyebut Kiat Sukses Hancur Lebur ini buku jenis apa. Mungkin sejenis lele dumbo yang bisa terbang dan mendarat di depan kelas, nemplok di antara yang mulia presiden dan wakil presiden. Buku yang ngelanturnya sungguh keterlaluan. Membuat saya berpikir lagi tentang kesia-siaan membaca berbagai macam buku yang menawarkan ilmu pengetahuan. Seperti sindiran bagi pembaca yang menelan mentah-mentah apa yang ia baca tanpa perlu mengunyah atau mencari petunjuk informasi lebih lanjut. Melakukan apa yang ia baca tanpa berpikir, berjalan saja seperti primata gagal berevolusi menjadi manusia. Mengutip pendapat-pendapat orang orang penting agar dianggap penting tanpa menelusuri kenapa orang-orang itu menjadi penting dan pantas dikutip.”

7.
“Terus terang saya menghadapi kesulitan yang hakiki ketika hendak mengulas novel ini. Bukan karena ia sulit dimengerti, tetapi karena Kiat Sukses Hancur Lebur ditulis dalam bentuk yang unik dan tidak konvensional. Novel ini ditulis selayaknya sebuah buku nonfiksi bertema pengembangan diri atau self-help.”

8.
“Meskipun kalau bukunya dibuka-buka sekilas kelihatan seperti buku nonfiksi serius, sangat disarankan untuk tidak serius membaca buku yang sangat melantur ini. Dari halaman-halaman awal sampai daftar pustakanya benar-benar konsisten ngawur seperti benar-benar ditulis oleh filsuf stress.” --Indah Threez Lestari (bintang 3)

“Harap diingat dalam memori cinta kita: pertama-tama, buku ini bukanlah novel. Novel adalah cerita yang memiliki plot dan tokoh utama. Buku ini tidak memiliki semuanya. Tak ada cerita, plot ataupun tokoh utama. Yang ada hanyalah kematian yang akan datang kepada siapapun juga yang telah berolah raga aerobik di halaman depan rumah sakit jiwa. Buku ini adalah racauan orang stres. Yang menakjubkan adalah racauan orang stres ini sampai menghabiskan 211 halaman! Sungguh-sungguh hanya menghabiskan kertas dan waktu saja.” --J. Garammyigan (bintang 2)

“DNF. WTF did I just read. Berhenti di bab kedua. Ga ngerti maunya apa ini buku. Ngelantur ga jelas (in a bad and messy way). Yang kaya gini cocoknya di twitter aja 140 karakter, nge-post jam 1 malem. Mirip2 sama captionnya geboymujaer di instagram, tapi lebih mending sih video nya menghibur.” --Dedi Setiadi (bintang 1)

Tentu saya tidak akan membahas satu per satu nukilan komentar tersebut, Kedelapan sumber tersebut memberikan penilaian yang berbeda-beda tentang Kiat Sukses Hancur Lebur, namun sedikit-banyak dari mereka mengungkapkan bahwa novel ini sarat racauan yang membingungkan pembaca. Benang merah komentar inilah yang menjadikan saya semakin gelisah, seolah novel semacam ini baru saja menembus kebaruan dalam dunia tulis-menulis di Indonesia: apakah mereka kehabisan bahan literatur untuk mengulas novel model beginian? Dengan demikian memang dalam sejarah literatur novel sejenis belum tercatat?

Martin mengemas novel ini dengan sistematika seperti halnya buku panduan atau pedoman dari daftar isi sampai dengan daftar pustaka. Ia membuat unsur-unsur yang terkandung dalam sistematika ini dikemas sefiksi mungkin. Lantas, fiksi yang bagaimana? Tengoklah judul-judul yang ada di daftar isi berikut: Menjadi Pribadi Sukses Berkepala Tiga, Tujuh Kurcaci Manajemen Bisnis, Dasar-dasar Akuntansi Avant-Garde, Pemrograman Komputer Menggunakan Sepuluh Jari, Resep Sukses Tes Calon Pegawai Negeri Sipil, Arahan Seputar Budi Daya Lele, Etika Hidup di Apartemen, Cara Gampang Memakai Baju. Martin mengamil tema-tema seperti psikologi, teknik, ekonomi, yang alih-alih menjabarkan kebutuhan masyarakat di antaranya pangan, papan, sandang. Tema-tema ini diambil yang kemudian jika dibaca secara lebih dalam terdapat lelucon-lelucon atau plesetan yang membuat pembaca perlu memikirkan ulang tentang pesan yang ingin disampaikan tiap bab-nya. Namun, Martin tidak menggurui, dan tidak memakai cara yang semacam itu dalam novel ini. Tak ada tokoh utama, plot, konflik, tak seperti novel pada umumnya. Novel ini bahkan bisa dibaca terbalik dari belakang ke depan, dari tengah ke belakang atau ke depan, atau random. Tak ada panduan khusus membaca novel ini. Martin membiarkan imajinasi pembaca yang bekerja untuk menghayati setiap lelucon yang dimunculkan di tiap halamannya. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah Martin sengaja memberikan lelucon tersebut? Kesengajaan yang bagaimana?

Ada klasifikasi menarik yang pernah diulas oleh seorang kritikus sastra. Jakob Sumardjo (1979) mengklasifikasikan novel menjadi dua, novel hiburan dan novel sastra. Artinya bahwa tidak semua novel adalah sastra. Novel bisa semata adalah hiburan. Novel sastra adalah novel yang berupaya memecahkan persoalan artifisial. Apa yang diupayakan Martin berada di tengah-tengah jenis novel tersebut. Namun, sekali lagi, ini bukanlah suatu persoalan yang genting untuk mengetahui genre novel yang ditulis oleh Martin. Kiat Sukses Hancur Lebur bilamana dilihat secara seksama sarat dengan kritik sosial. Persoalan yang terjadi di masyarakat dialih-bahasakan dengan menggunakan majas-majas sinisme, satire, metonimia, totem pro parte, dan sebagainya. Semuanya dicampur-adukkan sehingga terlalu riuh bilamana pembaca bersegera untuk memperoleh manfaat dari bacaan ini selain untuk menghibur diri.

Kembali pada pertanyaan, bagaimana membaca novel “Kiat-kiat Tak Jelas”? (saya sebut tak jelas karena memang sepertinya ini bukan kiat yang berpola pada umumnya) Berangkatlah dari bab yang Anda senangi, bisa dibarengi juga dengan kesesuaian mood Anda. Saya sendiri memilih membaca dari halaman belakang ke halaman depan. Nikmati saja kata per kata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, ilustrasi per ilustrasi, halaman per halaman. Martin barangkali seperti sedang bermain-main membuat karya seni, bukan karya sastra.

*Pegiat Lacikata dan pengelola Majalah Kanal, tulisan dibuat untuk keperluan acara Kelab Buku#11
  




MONTASE JURU SELAMAT


di siria, kirenius melakukan sensus
berabad-abad setelah para nabi
perjanjian lama meramal;
Seorang besar akan lahir,
--lahir, ditolak, bahkan dihukum
mati

milenium sesudahnya, peringatan
kelahiran dinyalakan di seluruh penjuru
keriuhan, kesunyian, himpitan
antara lanskap maya dan nyata

kini kaisar agustus telah menjelma
para pemuka fatwa dan pemodal,
merebut sudut-sudut atribut,
merencanakan keyakinan barbar
yang terbuat dari dinding batas
penyintas timur dan barat, mencuri
kabar surga kecil masa lalu. segalanya
dikebumikan oleh pemijak tanah
milik tanah surga
nenek-moyangnya sendiri

yudea sebagaimana para gembala
mengasuh tanah pertiwinya,
yang wajah-wajahnya sebagian lalu
menjadi paras para penolak pabrik,
sebagian menjadi peta gusuran
memucat dingin yang asing;
yudea kini sedang gigil-gigilnya
tersekat menanti lengking pertama
juru selamat dunia yang sebenarnya


2016

Sumber foto: https://id.pinterest.com/pin/290834088417862310/