9.03.2010

DUA MUSIM UNTUK MARET

Musim I

apa yang dapat kita artikan tentang musim dingin
yang kekal pada gigil tubuh kita, selain sebuah kalender
dengan angka-angka diam. ya, hanya diam yang enggan
bersaksi atas muka-muka kita yang semakin beku
tersebab waktu.

apa yang seharusnya kita artikan tentang musim dingin
yang tak sampai mengisi kekosongan gelas bir tempat engkau
tumpahkan ke atas didih matamu; wahai biduan lagu-lagu
gigil yang menginap di rambut-rambut kepalaku!

- aku dan engkau telah mengenal bagaimana salju juga es, kelak
memberi warna makna untuk setiap ujung rambut kita untuk
setiap musim pertama yang datang dari dua-kutub kalender kota kita -


Musim II

kawanan kerbau bertanduk yang menyeberang di bibir sungai
adalah pertanda bahwa penghujan yang tiba mengharuskan
kita menanggalkan sepasang sepi untuk dibawa pada arus sungai
dan memaksa kita menerjemahkan musim yang pindah
dari bibirku ke bibirmu

apakah tiap rerintik yang patah pada ingatan kita telah
jadi hujan yang pasti bermalam di setiap purnama yang takkan
sembunyi pada sungai kata-kata yang memusimkan sepenggal rindu
sehingga engkau lupa bagaimana kerbau di mimpi-mimpi itu bermula
tanpa tanduk-tanduk mereka

- dengarlah! penghujan banyak menciptakan ingatan bagi sebuah musim
tempat aku meletakkan bunyi puisi ini kepada setiap nama yang engkau
panggil menuju ujung musim di bibirku dari bibirmu -


2010
(sajak ini diikutkan dalam PESKSIMINAS 2010 di Pontianak setelah memperoleh peringkat V se-JATENG)

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini