8.16.2010

WO ES WAR, SOLL ICH WERDEN*



~1/

kami adalah kelahiran hasrat-hasrat kami sendiri
sejatinya kami bukan waktu bukan batu yang menetap
membentuk kepala-kepala. sebab kepala-kepala kami
masih menyangkarkan kanak-kanak kami di masa
ketika kami baru saja menyadari oedipus kompleks
telah mencatat bagaimana seharusnya kami menganggap
ayah dan ibu kami menjadikan kami seolah seperti

penyakit

~2/
kami tak ingin seperti kaum feminis, bengis
terhadap keraguan mereka sendiri terhadap
ketaksadaran ambigu yang lesap yang menggunung
beku melampaui suhu pada derajat titik nol. kami pun ragu
apakah mereka tak lebih paham tentang perumpamaan
gunung es tentang perilaku-perilaku yang sembunyi
menyebarkan kebohongan dari kepalsuan dari
kitab-kitab psikologi di perpustakaan jiwa mereka

pun kami tak merayakan selebrasi kaum maskulin
merasionalisasi-diri jadi pengibar penindasan. mungkin
penindasan ialah lawan kami, mungkin juga kakek kami
karena sejak kami menjadi kami
kami belajar melihat moral-moral yang berlalu-lalang
masuk di pintu-pintu kenyataan, realitas

: ego kami

~3/
di tulisan-tulisan riwayat kami, sekarang
hasrat ternyata mengikat seperti tafsir mimpi. ia
tak bisa terhapus setelah hipnosis berulang-ulang
mensugestikan bahwasanya di dalam hasrat yang sehat
terdapat ekuilibrasi yang likat
kami meyakini nasihat-nasihat dari tetua
bukanlah satu-satunya arah bagi
jalan penyembuhan kami atas
simtom-simtom yang mendirikan
tempat pelepasan bahasa ayah-ibu kami
pada fase menuju kedewasaan kami menuju diri kami
tanpa melalaikan kemayaan di antara kenyataan yang sering
mempersilakan dan mengucapkan selamat datang
kepada bayang-bayang kepribadian kami


2010
*) adagium freudian yang berbunyi di mana ada id di situ ego “berjaga”


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini