1.18.2012

ASAP TERLELAH DI GOMBEL

ini seberang bukit perawat bangkai air hujan
orang-orang menanam waktu siang, menuainya malam-malam
lalu memeramnya ke lelap panjang tanpa ingin tahu
kalau masa depan sudah tak ingin jenuh
mengasihani langit dengan memberi banyak matahari.
di jalan, mimpi-mimpi mengantre sangat panjang
macet bepuluh kilometer hingga suatu saat
jalanan penuh awan karena orang-orang hanya diam
memakai masker dan otak yang super--kuper
membahagiakan diri bilamana kota tanah lindung
dijadikan tempat menghibur diri, merobohkan pohon
demi pohon. menggeletakkan hotel-hotel, warung-warung
kelontong, restoran 24 jam. ruang bagi air hujan perlahan
rembes ke ponsel-ponsel touchscreen para investor, mengeringkan
telpon genggam yang semakin buram dan tak jelas keypadnya.
semakin tak bernafas oleh timbunan asap, seperti pesepeda
yang memaksa melaju tanpa henti lewat jalan ini. rute
dengan tanjakan berat seberat asap bus-bus tua.
ketahuilah, kini di kota kebencian ini, semarang mulai
menampakkan orang-orang pecinta asap. asap-asap
yang terlelah tapi tak mampu punah karena tradisi,
membiasakannya seperti makan nasi basi.


gombel, senin, pukul tujuh pagi, musim kemarau,
masih saja ada asap sepasang kekasih yang bersikeras bercinta di gazebo!




2011

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini