12.07.2015

OBITUARI KEKASIHKU

:paris

sepeninggal tahun-tahun yang kusucikan, mestikah kutulis
tentang kamu dengan segenap rasa tidak percaya?

apakah begini kesalahanku, tidak mengenakan jubah yusuf
pada pasal mimpi semalam sebelum kamu mengatakan, "ini nisan,
untuk kita"...sampai kudengar sendiri sesuatu yang sedang masif
akan terjadi. tapi aku masih tidak percaya sekali lagi, pertanda
yang pernah menyala dari dalam sebuah kitab menuju gelap
pandanganku; sesuatu seperti nasihat lirih lewat begitu saja
tanpa perasaan apa-apa.

seperti ada yang lepuh di riak-riak dalam kepala:
ponsel ataukah isi kepalaku ini yang fiksi,
aduh, aku tidak hendak terlibat terlalu panjang
dengan apa yang pernah terkenang, namun perasaan
yang rinding ketika sendirian, yang kadang-kadang
mengirim ingatan-ingatan lawas adalah satu-satunya
pencobaan yang tidak bisa diukur dengan waktu

aku bisa apa, jika ingatan bergerak, ia bahkan mampu
memelucuti upaya-upayaku untuk memahami kehendak:
yang tak pasti dari segala yang tak pasti
dan yang pasti dari segala yang pasti

mendung mulai rajin memberi salam kepada perpisahan
hujan yang santun menyuburkan pohon-pohon masa lalu
tubuh yang kupakai ingin sesekali kuganti tanpa sekalipun
orang-orang rumah mengerti; tubuh yang jauh dari cahaya
mendung dan bau hujan

sore hari dan nasihat-nasihat para nabi yang mengendap
secangkir kopi susu, lalu jarak: kota-kota yang berbaris
yang berhasil mencuri arak-rindu, cintaku
terpelanting ke udara--lesap bersama lengking suara
istirah burung-burung:

kamu akan pergi, aku tahu. sangat tahu.


2015

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini