3.18.2017

MEMBASUHMU DI KOTAGEDE



kita mesti terbiasa begini,
kamu, pulang tanpa kabar, aku
pergi sekehendakku. tapi
katakanlah bahwa waktu
yang kita sama-sama
menjaganya mulai menanak
gerak, belenggu tanpa kita tahu

apakah senja di kota ini tak cukup
menenangkan dan menyenangkan
tangan-tangan yang bertahan kuat
untuk tetap mengasuh bahagia? kamu
dengan segenap keyakinanmu
bahwa ada jalan lain menuju
masa depan, lalu aku mengantarmu
ke pintu-pintu itu. ruang orang-orang
mengabukan doa-doa, menuntaskan
pikiran-pikiran berbuntu yang
menurutmu tak mau lagi
mengubah pengumuman:
inilah lelaki yang kukasihi,
kepadanyalah aku menghapus
kecuali

dengan setabu-tabunya aku memandang
gelombang yang digerakkan ikan-ikan
di kolam, tembok-tembok
yang mengitarinya; aku henyak
bersama lebur bau dupa di hadapan
udara yang menjatuhkan mantra
kamu mengaji, aku mengarti
mengarti kamu, mengaji aku

orang-orang mengagumi tubuhnya
dengan seragam jawa, orang-orang
menyerahkan mohon pada nisan-nisan
seribu dua ribu tahun lampau;
di seberang aku melingkari
permandian, merenungi ikan-ikan
air tawar yang konon membikin
air kolam ini tak bisa dikoyak
oleh si jahat, sebab ini yang katamu
lebih hijau dari ratusan petak sawah
yang sering kita tangkap sebagai
ruang-ruang beku. simpanan
masa mendatang

di kota yang siap menyambut
dan melepas para perantau
kita mesti terbiasa begini, namun
tak mau sukmaku dibasuh
oleh basah lelembut


2017





0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini