8.03.2010

SAJAK UNGU DI JENDELA KAMAR 224

*
angin sungai kapuas tak pernah lelah mengetukmu
mengabarkan lagu derau bagi kertak kaca langit-langit
o, jendela yang seringkali terlupa dan dilupa!

**
arus timur kian menuju mataku, mata yang kini padam
karena diam. di seberang jendela, akulah penafsir mataku
sendiri penafsir padam penafsir diam. sebab, tak ada waktu
tak ada kalender yang memilih tinggal pada penafsiran baka ini.
- jendela telah mengetahui sampai kapan arus membawa
mataku menuju diam itu sendiri -

***
ada orang-orang bermain tenis di bawah sana. di lapangan
yang bentuknya seperti jendela. lalu entah, bola-bola itu memantul
seolah menggantikan bola mataku. memasang kulitnya pada kelopak
mataku supaya ketika bercermin menghadap jendela nanti, gerimis dapat
memantul kembali ke langit dan ingatan yang jadi dingin leleh selamanya.
mengalir ke hulu musim di bulan juli. tenggelam, jadi KAU!
- jendela begitu paham, menyaksikan gerimis mengubah bola-bola
di lapangan itu berurai pada mataku yang juga matamu -

****
di kamar 224, aku menemumu telanjang dekat jendela
yang kini ada di mata kematian diammu. lantas, memakaikanmu
dengan sajak ungu tanpa tahu siapa penyairnya





Pontianak-Semarang, 2010

1 komentar:

  1. O pontianak, pada kapuasmu aku rindu
    telpon, pesan yang saat itu tiba-tiba hilang sinyal

    (r.a.m)

    BalasHapus

silakan rawat benih ini