2.09.2012

POTRET SORE DI TERMINAL

sepeninggal rendy, bersama arif dan fitri

1. sebuah botol menggantung, temali
retas sama seperti waktu yang kita cadaskan,
kita mengemasnya ke kantung-kantung cemas
di jaket, di baju, di celana. ah, mungkinkah kita
kehilangan kosa kata tersebab kepulangan
kuduga sebagai pembatas buku atau
kebersambungan sebuah peristiwa
yang tiba-tiba menyusun kegagapannya
-- kursi yang kita duduki seolah bergerak
mengukir pantat kita dengan alamat
keresahan

2. tanpa sadar, sebuah perjalanan mencoba melarikan
potongan potret sebuah lensa 14 megapiksel,
di cicaheum, di cicaheum. sekali lagi di cicaheum,
pertemuan menyimpan pekerjaan yang padat seperti
senin itu. lantas kita menghayatinya, melubangi dada
masing-masing dengan barzanji tentang perpisahan
yang tak rampung dan tak kunjung. tanpa sadar
sekali lagi, keniscayaan langit merah pucat
menimpai kita sebagai ruang terlebar
semacam gedung pameran fotografi.

3. sua itu tak berkesudahan mengenakan lalu lintas
bus-bus yang merayakan kehendak para penumpang,
sebentar lagi, ya, sebentar lagi. sebuah matahari
akan terbit dari roda-roda bus sebelum pelukan
sampai jumpa

4. tak ada hujan. tak ada mendung. hanya penghiburan
yang berulang kali kita sulangkan layaknya kenangan
dan lalu lalang orang-orang


2012

2 komentar:

  1. metafornya lebih sederhana ketimabng sajak2 beberapa bulan kemarin. berat dan agak membingungkan men!

    hhheeee...

    BalasHapus

silakan rawat benih ini