2.12.2012

MEMORIABILIA ORANG PINGGIRAN



“The struggle of man against power is
the struggle of memory against forgetting”
[Milan Kundera]


1.
tanah yang kami huni sekarang tak mengenal tanda baca seperti dulu
mana kala kami masih mampu menuliskan isyarat mimpi bagi sanak-saudara
bagi kesederhanaan di rumah rumah kami

- ternyata, yang lebih tak pasti dari mimpi kami itu tersangkut
antara dinding dinding cokelat retak sehabis penggusuran -

2.
kami tak ingin menceritakan airmata kami sendiri
karena airmata telah sering menjadi tontonan yang dijual
pada mata layar layar televisi

kami ingin belajar mengamalkan keadilan.
keadilan. hanya dengan tanah nenek-moyang kami

demikian, kami bisa menguburkan separuh riwayat kami sendiri
tanpa melupakan harapan yang berjatuhan di sidang-sidang
gedung pengadilan

3.
barangkali, ini takdir yang salah. kami terlahir di tanah yang salah.
beranak-cucu dengan penghidupan yang salah tanpa banyak kesah
kenapa mereka bilang terserah;
tapi, biarlah. segalanya telah tumpah dan sebah.

4.
keadilan, lewat pertanda kami meringkasmu
lantas melumatnya ke muka wajah wajah kami
menjadikan tanya dan pinta untuk setiap kedukaan
setiap kemarahan yang hendak mudah dilupakan

: tentang harga berliter liter doa-airmata
yang berasal dari tanda baca kami sendiri
menikam di ulu ingatan!


Semarang, 2010


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini