Ώ
pada mulanya
“
kata kata
>
tak lebih dari
-
masa masa
0
yang meniadakan
[
peninggalan kesementaraan
Ψ
bahasa perilaku dari jiwa
\
tanpa jeda
.
Semarang, 2010
engkau belajar menulis dengan menulis, engkau belajar membaca dengan membaca
Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)
Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)
Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez
Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca
Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho
Ώ
pada mulanya
“
kata kata
>
tak lebih dari
-
masa masa
0
yang meniadakan
[
peninggalan kesementaraan
Ψ
bahasa perilaku dari jiwa
\
tanpa jeda
.
Semarang, 2010
KOMPOSER
Akankah kau tahu untuk sekedar mendengar
beberapa musik yang tak pernah
aku tulis?
Dengarlah!
Kau memandang seolah-olah itu
adalah sebuah hal mudah untuk
tidak menulis musik.
Musim semi, 1964
Carter England
Seorang penyair Inggris di abad 20.
[diterjemahkan oleh a ganjar sudibyo]
ASTIGMATISME
Sejauh
Aku dapat melihat
Bunga-bunga
Putih itu
Dalam putih
Jambangan
Bunga di atas tanpa tangkai
Tergantung di
Udara
Seperti putih
Serangga-serangga
Di atas sebuah bunga
Putih
Fellix Pollak (1909-1987).
Seorang penyair Amerika yang lahir di Austria. Ia pernah menganyam pendidikan di Universitas Wina bidang hukum dan teater. Pada masa Nazi ia pindah ke Amerika dan menjadi pustakawan di sebuah universitas. Ia mulai menerbitkan beberapa kumpulan puisinya dan mendapat penghargaan dari berbagai universitas di Amerika. Salah satu puisinya menerima penghargaan sebagai puisi perdamaian di Vietnam.
KEMBALI KE RUMAH
Akhirnya aku kembali.
Menuju desa terpencilku.
Kembali
Di mana rumahku telah terbakar.
Gandum,
Gandum menebar ke atas abu.
Di sana aku berjongkok
Dan mengosongkan isi perutku
Untuk waktu yang terakhir
Dan jatuh mendekati bumi
Seperti kulit yang terkelupas. . . .
Beberapa anjing pengelana
Akan mengambil sepatuku.
Dan aku
Akan membusuk ke dalam bumi,
menjelma makanan bagi gandum—
Menggiling gandum
Menjadi tepung.
Tsunao Aida(
pernah mengunjungi nanking pada 1940 untuk bekerja di sebuah tempat percetakan di shanghai. Kembali ke rumah pada 1945. Menerima penghargaan pertama dari Kotaro Takamura Poetry Prize untuk kumpulan puisinya, "A Lagoon". Kemudian, ia bekerja di sebuah tempat percetakan di Tokyo.
[terjemahan a ganjar sudibyo]
PUISI
Aku mencoba menjadi dewa kecil.
Tetapi aku memandang ke belakang selama perayaan-perayaan, dan melihat
Dalam jeda-jeda yang singkat di antara mitos religi,
Pendakian seorang lelaki sedang terjadi.
Shuntaro Tanikawa,
pemyair dan penerjemah yang berasal dari jepang pada abad 20.
[terjemahan a ganjar sudibyo]
tertanda 100989
PASAL 0
bangunan lama rupanya telah mendirikan sesuatu
di hari minggu legi pagi sewaktu air ketuban melulur
dari rahim ibumu menuju tangismu. sesuatu itu
menubuatkan tentang nasihat
“kelahiran adalah ibuketiadaan.”
PASAL 1
maka terkuaklah bangunan lama
mengapa ia ada dan mencipta
riwayat di balik nama kanakmu. ketahuilah,
ia hanya terjadi karena pintu yang terbuka
setelah airmata mengetuk perlahan.
PASAL 2
ada nyanyian ninabobo, sayup
semakin kecil dan kecil
datang lewat puting susu eyangmu. nyanyian
itu menanggalkan sangkakala dari malaikat
yang mencoba menyerahkannya
kepada ibumu.
PASAL 3
apakah sakit yang kau kandung bermula
setelah bapakmu menghamili perasaan
tentang neraka. bahwa surga tak ada
di atas sana….tak ada di pikiranmu,
namun ada di perasaanmu yang sewaktu-
waktu bisa berlumur darah.
PASAL 4
siapa rumah yang merawat bayisepi
pada botol susu tawarmu saat kau teguk
di bawah pohon jambu bangkok,
nak?
PASAL 5
gigi-gigimu masih putih
berat badanmu masih normal
kulit tubuhmu masih kuning langsat
ingatanmu masih menyala
:
bau pasar yang terbakar di belakang
persinggahan simbah.
- maka berasaplah segalanya
gigi, berat badan dan kulit tubuh
bahkan ingatanmu -
PASAL 6
jangan malas menghafal siang
nanti kau tinggal tanpa mengenal
di mana bapak-ibu menghukummu
hampir setiap kali mata tak mau
pergi ke ranjang.
PASAL 7
ingatlah berapa buah jambu air
yang kau jatuhkan ke selokan
sehabis mual-mual mencium
air kencingmu.
PASAL 8
“tidurlah yang nyenyak, ya
biar cambuk di punggungmu
lekas merah.”
PASAL 9
di waktu maghrib, teras rumah
menjadi saksi nasihat bapakmu;
airmata tak mengenal waktu.
PASAL 10
sepeda baru untuk satu dekade
kaki baru untuk belajar mengayuh
menuju pengertian tentang
j a t u h.
PASAL 11
malam-malam ingin berkhianat
seperti teman sekampung
melarangmu bermain petak umpet.
PASAL 12
bagaimana penafsiran tentang kebodohan
pertanyaan yang mengakhiri jawaban
ke atas meja belajar,
“aku tak akan bertanya kepada bapak lagi?”
PASAL 13
chairil anwar sedang baca puisi
di perpustakaan sekolah!
aku
?
PASAL 14
maaf, Bunda. aku belum mengerti
sebab sepeda yang kukayuh dengan gigil
hampir setiap pagi buta
tetap saja tak meredakan hujan
di basah doaku menujuNya.
PASAL 15
barangkali atap rumah tahu
mengapa ia melarangku
menghisap rokok
dari kembang jambu. atau
penjual jajanan yang merasa getir
melihat dua anak nekat
mencoba rokok buatannya sendiri
tanpa mengenal salah.
PASAL 16
penyakitmu hampir saja matang
di tempat pengaduhan baru
kekasih yang haru;
berbahagialah kau, karena
obatrindu telah berpulang
ke tempatnya masing-masing.
PASAL 17
mari, datanglah kepadaku
sebab aku adalah bapak
bagi sejuta tisu untuk mata
yang tak pernah berhenti sembab.
PASAL 18
ternyata aku bukanlah
seorang marxist jalanan
yang bukan gandhi, che
lenin, hitler, freud
soe hok gie ataupun chairil.
ternyata aku tetaplah
seorang AKU
PASAL 19
cintailah jalan panggilanmu
sebagaimana kau mendamaikan
peziarahan atas persinggahan
orang-orang yang memakai hati.
cintailah hati, karena ia tak bisa
membusuk.
PASAL 20
ada saja yang tak sampai
mimpi-mimpi saling menandai
pada kemudian hari ketika kompas
di dadamu mulai terpahami;
ada manusia peramal isyarat
jauh di bawah sana!
PASAL 21
maka tinggallah dalam lena,
semi sakura negeri matahari
kincir-kincir angin amsterdam
nyanyian sorga caledonia
masjid dan gereja yerusalem
dari kota inilah. semarang berkabar
tentang angin ke utara dan barat
tentang tempat-tempat waktu kau
duduk menangisi sisa usia yang bahagia.
PASAL ....
ketahuilah atas kesejatian ini,
aku tak ingin hidup seribu tahun lagi
tanpa cucu yang memberi tumpangan
ke mana hayat diabadikan atas segala peristiwa.
segala peristiwa yang mengadakannya.
Semarang, 2010