12.05.2009

DI BAWAH HUJAN-DOA DAN DOA-HUJAN


/1/


bahkan, cinta pun tak

menjawab cibir pengemis kecil

menengadah tanpa

berhalusinasi: tuhanku sudah mati.

(aku bukan nietzsche itu)


tertunduk lalu dilepaskan

hinggap gagakgagak

di sarang kepalanya,

telapaktelapak tangan terkatup,

mata pejam,

sujud tubuh.


/2/


ada sekantung tangis, di doa

menjelang hitunganhitungan

uang demi uang

peser demi peser

takut demi takut.


ada sekantung murung, di doa

wajah yang bukan topeng

bukan mahkota

namun abjadabjad bahasa

dari kitabkitab nasib

pada masa kaum jalanan.


ada sekantung harap, di doa

menjelang kata mimpi

di atas tikar permadani diri


ada sekantung hujan

di doanya.


/3/


disisipkannya, gelindinggelinding

bolabola tanya menuju sekolah hati

tanpa menggurui, digurui

hanya melalui.


dimudahkannya, doa yang sulit

mengendarai mendung menuju tepian

muara kotakota malam.


sungguh, zikir yang lekat!

sebelum segalanya terbenam, terbenam

pada keakuan hidup.


/4/


berdiamlah ibu nasihat

di samping lelapnya:


belantarakan, ego-id-superegomu

supaya jangan ada freudian

membercak di kulitkulit

kidung kemiskinannya

hingga memaksa lalatlalat luka

meminum nurani yang salah


pecahkan, purnamapurnamamu

supaya wajahmu ada

pada setiap pertemuan

petang yang baru

di bawah hujan-doa

di bawah doa-hujan.


2009

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini