8.19.2010

PENCITRAAN MATA TENTANG PSIKOLOGI KLINIS SUATU SIANG DI RUANG 101


tertanda nur ahmad



pencitraan mata, satu
:
di kelas, semula kita hanya menuju pepatah
yang pernah menasihati loncatan-loncatan tanya
dari tumpukkan tulisan kacau mengenai intervensi;
primum non nocere*

adakah kita menjadi pengrajin tinta yang menuliskan
tak ada kata reviu pada setiap perjumpaan
setiap pengajaran bahwasanya kedewasaan adalah
pilihan

pencitraan mata, dua
:
mau dikemanakan terapi freud yang katamu
mengisyaratkan manusia akan penyakit alam bawah sadar

kataku di jalan kepala; kita telah mengamati
harimau tanpa taring sedang menyendiri memangsa mimpi

pencitraan mata, tiga
:
jauh kita menyusuri bab-bab
yang rupanya memilih jadi bangkai hidup
dan menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang mereka

pertama; apakah tubuh atau jiwa yang menjelma obat
kedua; mengapa tak ada daftar simtom kegilaan di buku saku PPDGJ**
ketiga; skizofrenia seperti apa yang menjangkiti orang semacam nabi
keempat; siapa yang tak lepas dari diagnosa, tuhan saja mendiagnosa kita dengan dosa
atau sebenarnya kita yang mendiagnosa tuhan
kelima; apakah seorang psikolog adalah benar-benar klien bagi dirinya?

pencitraan mata, empat
:
pengingatan di ruang 101
kita belajar bagaimana mereka merasakannya
oleh nasib dan perilaku yang tak mudah
untuk diselamatkan
untuk menyelamatkan!




Semarang, 2010
*) peribahasa latin yang artinya pertama-tama jangan mencelakai
**) buku pedoman diagnosis ganguan jiwa




0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini