9.17.2016

KEKUPU DI JALAN SETAPAK

pertemuan yang berulang-ulang kadang memanggil masa lalu
untuk kembali bernapas dan sekadar bertegur di masa kini;
perjamuan yang mengingatkanku pada karang-karang
di pantai yang ombaknya sedikit tenang seperti membisikkan
"jangan bermain terlalu jauh, 
ingat, di dalam sana, ada yang sedang 
rindu-rindunya berbuih menunggu bau tubuhmu"

sebentar lagi, di mabuk kesembilanku karena goncang laut
aku menjelma kekupu; masa lalu menjadikan sayap-sayapku
berwarna lebih muda dari wajahmu. bunga-bunga kering
di pinggir pantai mengingatkan mataku perihal
jalan-jalan setapak yang telah kita sepakati
ke mana kita mesti menggiring raga-raga kita
menemui tempat untuk rebah di siang hari.

sebuah penglihatan mencuri kegelisahanku dari masa kini,
sebuah penglihatan sehijau lampau, sedekat pelukan
yang tak pernah kembali; sebuah penglihatan lebur
dalam kepalaku yang kerap kali ingin membenturkan diri
bersama keresahan masa depan yang tak punya guna
ke dinding-dinding dengan cat-cat hijau pudar
dan coretan-coretan "lepaskan aku, lepaskan aku"

pertemuan sering kali berulang, perjamuan sering kali
mendulang; tubuhku humus yang dirindukan bunga-bunga
yang menunggu para serangga. tubuhku kamus yang
menyimpan segala lema masa lalu dengan kata pengantar
tentang kepak kekupu tanpa kawanan, angin pantai siang hari,
dan guguran rumus kebahagiaanmu di sepanjang jalan setapak:
sunyi, sunyi sekali



2016
  

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini