PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

9.17.2016

KEKUPU DI JALAN SETAPAK

pertemuan yang berulang-ulang kadang memanggil masa lalu
untuk kembali bernapas dan sekadar bertegur di masa kini;
perjamuan yang mengingatkanku pada karang-karang
di pantai yang ombaknya sedikit tenang seperti membisikkan
"jangan bermain terlalu jauh, 
ingat, di dalam sana, ada yang sedang 
rindu-rindunya berbuih menunggu bau tubuhmu"

sebentar lagi, di mabuk kesembilanku karena goncang laut
aku menjelma kekupu; masa lalu menjadikan sayap-sayapku
berwarna lebih muda dari wajahmu. bunga-bunga kering
di pinggir pantai mengingatkan mataku perihal
jalan-jalan setapak yang telah kita sepakati
ke mana kita mesti menggiring raga-raga kita
menemui tempat untuk rebah di siang hari.

sebuah penglihatan mencuri kegelisahanku dari masa kini,
sebuah penglihatan sehijau lampau, sedekat pelukan
yang tak pernah kembali; sebuah penglihatan lebur
dalam kepalaku yang kerap kali ingin membenturkan diri
bersama keresahan masa depan yang tak punya guna
ke dinding-dinding dengan cat-cat hijau pudar
dan coretan-coretan "lepaskan aku, lepaskan aku"

pertemuan sering kali berulang, perjamuan sering kali
mendulang; tubuhku humus yang dirindukan bunga-bunga
yang menunggu para serangga. tubuhku kamus yang
menyimpan segala lema masa lalu dengan kata pengantar
tentang kepak kekupu tanpa kawanan, angin pantai siang hari,
dan guguran rumus kebahagiaanmu di sepanjang jalan setapak:
sunyi, sunyi sekali



2016
  

8.11.2016

NASIHAT-NASIHAT BEN OKRI (Bagian Satu)



15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)





Saya mendapati buku karya Ben Okri berbahasa Inggris ini di Yogyakarta, tepatnya di Boomerang Bookshop, Sosrowijayan. Figur Ben Okri dikenal sebagai sastrawan kontemporer berpengaruh di Afrika yang telah mendapat berbagai penghargaan internasional. Sebagai bentuk pengenangan atas perayaan membaca buku prosa liris ini saya ingin membagikan 15 kutipan yang menurut saya menarik untuk disimak. Kutipan-kutipan ini telah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

1.
Dunia tempat penyair hidup tidak selalu menghasilkan sesuatu yang puitis. Di tangan penyair, dunia bertahan. Ini terjadi hanya dengan cara menggali dan mencetak kerasnya dunia yang ditransformasikan dalam sebuah media baru lewat lagu dan metafora.

2.
Mungkin hanya ada tiga jenis cerita: kisah-kisah yang kita hidupkan, kisah-kisah yang kita katakan, dan kisah-kisah besar yang membantu jiwa kita terbang menuju cahaya yang lebih agung.

3.
Politik adalah seni yang sarat kemungkinan; kreativitas adalah seni yang sarat kemustahilan.

4.
Hidup adalah sebuah metamorfosis yang berkelanjutan. Semuanya bakal berubah; segalanya adalah sesuatu yang relatif.


5.
Agama adalah anak dari penderitaan maupun kasih sayang. Penderitaan adalah kondisi yang terjauh dari keilahian, tapi lihatlah, bagaimana semua agama menerimanya.

6.
Agama-agama besar bermula dari impian-impian.

7.
Yang terburuk dari realita pada zaman kita adalah realita diproduksi. Oleh sebab itu, adalah tugas kita, sebagai para peserta kreatif dalam alam semesta, untuk mencita-citakan ulang dunia kita. Kenyataan bahwasanya memiliki imajinasi berarti segala sesuatu dapat dicitakan ulang. Setiap realita berpotensi memiliki kemungkinan-kemungkinan alternatif masing-masing. Manusia diberkahi dengan kebutuhan untuk bertransformasi.

8.
Tidak ada satu pun cara menafsirkan mimpi yang diterima kepada semua manusia. Para penulis menerbitkan satu buku yang menjadi seratus buku yang berbeda di dalam pikiran orang-orang yang membacanya. Sebagian dari satu buku ini adalah sebuah objek dari cahaya, sebuah wahyu, sebuah laku dari upaya pembebasan. Untuk sebagian orang lainnya, buku yang sama menjadi semacam monster. 

9.
Ada dua hal yang penting bagi kebahagiaan menjadi pencerita. Sukacita bertutur cerita, yang menyodorkan penemuan yang artistik dan sukacita mendengarkan yang menjurus pada identifikasi imajinatif.

10.
Inspirasi adalah harmoni. Akal-pikiran mencintai berbagai ritme. Bila Anda memiliki sebuah permasalahan dalam hal kreatif, asal Anda tahu cara menjaga akal-pikiran Anda tetap terbuka, bahwa biasanya itu sering kali datang ketika lingkaran pikiran masalah ada dalam rangka mengisi kekosongan, mengisi ruang-ruang yang tegang, mengisi ritme-ritme. Salah satu rupa gaya, atau suara, bisa berupa: ritme kata-kata yang dipandu oleh penguasaan diri.

11.
Para penulis memiliki satu tanggung jawab besar: untuk menulis dengan indah, dengan kata lain, menulis dengan baik. Dalam tanggung jawab ini tentu berlandaskan nilai kejujuran. Untuk menjadi daya tarik, untuk melipur, untuk memikat, untuk membawa kita keluar dari diri kita sendiri; semua ini adalah bagian dari keindahan.

12.
Tidak ada kebahagiaan tanpa gunung yang selesai didaki. Tidak ada kebahagiaan tanpa mimpi buruk yang mendahului mereka hingga musim semi menuntun mereka ke dalam cahaya.

13.
Ada suatu sentuhan keberkahan dalam seni menulis. Tentu ini sesuatu yang menarik, selama menulis, adalah menjadi tempat bagi suasana hati Anda yang ingin menjalin dan mengalirkan segala perasaan, menemukan kata-kata.

14.
Barangkali kita musti berjuang melewati getaran mitos dalam hidup kita. Di tengah banyak potret kemungkinan, seorang anak manusia dapat tampak sebagai sebuah pohon: kita harus menjangkau ke depan demi lebih banyaknya cahaya bahkan ketika kita mencapai kenyataan lebih dalam untuk mencengkeram belahan bumi yang lebih kokoh. Kita tidak dilahirkan dengan satu mata, dengan satu pikiran saja dalam kepala kita, juga hanya dengan satu arah perjalanan.

15.
Sebuah kisah (yang baik) selalu terantuk dari suatu ketegangan.



Yogyakarta, 2016
Sumber foto Ben Okri: writerspictures.net
Sumber foto buku: kamera hp penerjemah



8.02.2016

SABDA TERANG


sebab kita sedang diuji
bagaimana sesungguhnya berbasa-basi
mencintai angin dan musim yang buruk
buah-buah yang terjatuh dan membusuk
yang tak sempat kita lahap

lalu kita yang sedang haus akan setiap jiwa
dalam kehendak untuk memerdekakan diri
dari hasrat ini-itu;

sebab kita sedang diuji
oleh siapa yang belum kita ketahui,
maka seraya kita mendamba
puncak kebahagiaan
sebagai insan

bergeraklah sebagai terang
yang terus menerus memelekkan
mata untuk setiap jabang bayi; merengek
dengan otot-otot kecil yang disesapi
rindu pelukan:
dunia ini hangat
dunia ini lekat,
tak perlu mencari


2016

7.23.2016

3 PUISI MI DI HARI MINGGU



Ini kali kedua puisi saya dimuat di media ini. Berikut 3 puisi saya yang dimuat di Media Indonesia pada tanggal 17 Juli 2016:


NOTIFIKASI KINI

ke mana kita mesti mencari matahari
setelah ufuknya benar-benar bangkit dari barat,
cahaya berjatuhan setelah kalap menghadap
jutaan manusia mencipta cahaya kedua
dengan terang separuh masa silam
di kemudian, segala perasaan yang hunjam
beriringan menelaah: pendarnya yang palsu

di antara kerumun manusia yang mencoba
menghidupkan masing-masing benderang
pada sumbu jejaring, kita barangkali sadar
jiwa bersitumbuh: yang remang dan yang gamang
--lepas di antaranya, seorang manusia
sedang bergoyang, memabukkan sunyi picisan
dengan lagu-lagu sungsang, memberi napas kecil
pada nyala yang menancap di mata para manusia;
sebuah lorong disisakannya, kecamuk yang jelma
merah menempiaskan kemerdekaan atas nama
bangsa yang tidur

maka, ia tak ingin sekalipun menelan ludah sendiri
atau memelantingkan sunyinya sendiri dengan
bunyi-bunyi klise; mulutnya terbuka

menghasut sukma menghasut
luka ia lelehkan, duka yang lumer
di kantung matanya
mengugurkan prasangka kecut dibunting sunyi
mengoyak matahari kemanusiaan buatan
mengirim bajingan kecil
memecahkan pengumuman atas nama
:
harapan yang terlanjur politik

2016




BULAN MENAKSIR HUJAN


aku tak menemukanmu sama sekali
di cangkir keempat kopi hitam yang menjauhkan
dari diabetes melitus; aku tak menemukanmu
pada pelangi yang muncul sehabis sembilan ibu
mengecor kaki-kakinya di depan istana mimpi

jalanan yang aduh dengan anak-anak bersabuk
dikasihi mesin-mesin beroda, jalanan yang ludah
oleh kaum aku. sejak kapan para aku tekun
mencarimu?

malam dengan ledakan trafo menjauhkan
dari jarak-jarak bunuh diri dalam kepala
seorang manajer pemasaran toko buku;
hujan lewat di kegelapan, mencuri waktu
yang dibungkus cahaya teplok di setiap angkringan,
tempias membeku dadu mengirim nasib
ke udara

aku tetap tak menemukanmu
sampai jauh indeks perasaan yang dilepas
oleh riuh busur kekuasaan:
cintamu, bulan
meringis
klasik sekali;
basah mata--kampanye para pendaku

2016



PUJIAN MENJEMPUTMU

tiga kali tiga sudah
kita melipat-hitung kegagalan
karena duka searah jarum jam
dari yang itu menjadi yang itu lagi
dan itu lagi; di putaran itu, musim
nyeri di bekas liurmu
tak pernah sesekali berkhianat

kita berpikir bahwa dengan rajin-rajin
bertindak dan melaksanakan apa
yang semestinya berhaluan cinta,
kita mendapat hal setimpal;
tapi sekali lagi, jika ini kehendak,
perlahan bebal dan bertahan normal
adalah upaya untuk bisa merasakan
jalan selamat.

sebuah altar didirikan dari sisa-sisa sabda
dan aliran-aliran putus asa; sesungguhnya
perjamuan ini mengundang kecemasanmu
seperti gerimis ketika matahari
sedang terik-teriknya

tiga kali tiga sudah
ketika kenangan wafat
jasadnya bangkit menyertai kita
entah selama-lamanya
entah sampai kita
benar-benar
saling cekik
dalam naik doa-doa yang ujung telunjuknya
selalu berdarah

2016


(Sumber gambar: http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia)


7.16.2016

SILIH KOTA


menerima segala sisa perjumpaan dalam petunjuk-petunjuk arah
menyemat kau untuk sekadar berhenti menebus separuh sunyi
hablur dalam jeda lebur dalam tanda,

gairah luka yang dibisikkan angin rendah kepada tanah-tanah
ini milik pemerintah, ini milik sekolah, ini milik kaum resah,
menyemat kau dalam tubuh yang dicucuri jatuh huruf-huruf
perjamuan:
lu-
ka
kau
aba-
di

menerima segala sisa perjumpaan yang jadi bayang-bayang
pada kota-kota yang kau tempuh, pada ingatan perjamuan
malam pengisah luka:
gelisahkanlah ini akan daku



Yogyakarta, 2016

7.05.2016

DUA SAJAK RABI'AH AL-ADAWIYAH



DUHAI TUHANKU

Duhai Tuhanku,
Sang kemilau pendar cahya bintang-bintang
yang membuat pejam mata setiap insan.
Raja-raja telah menutup rapat gerbang mereka
pun setiap mempelai tinggal sendiri bersama cintanya.

Di sini, aku seorang diri bersama Engkau.


DUHAI TUHANKU

Bilamana aku menyembah Engkau
tersebab rasa takut atas neraka, bakarlah aku di neraka.

Bilamana aku menyembah Engkau
tersebab harapan atas Surga, cegahlah aku dari pintu-pintu gerbangnya.

Namun, bilamana aku menyembah Engkau
tersebab diriku sendiri, semata; maka berilah aku seri keindahan wajah-Mu.



*Diterjemahkan oleh Ganjar Sudibyo (2016) yang bersumber dari Rabi’a, “[O my Lord]” translated by Jane Hirshfield, from "Women in Praise of the Sacred" (New York: HarperCollins, 1994).
**Sumber gambar: http://www.poetryfoundation.org


6.29.2016

MENYITIR-TERJEMAHKAN SAJAK RUMI


Sahaya memilih jatuh cinta hanya pada engkau dalam kesunyian...
Sebab dalam sunyi, sahaya tak pernah merasa tersisih,

Sahaya memilih mencintai engkau dalam kesendirian...
Sebab dalam sendiri, tak seorang pun menjadi empunya kecuali sahaya,

Sahaya memilih mengelu-elukan engkau lewat bentang jarak...
Sebab jarak menyelubungi sahaya dari rasa sakit,

Sahaya memilih mengecup engkau dalam lirih angin...
Sebab angin lebih lembut dari sentuh bibir sahaya,

Sahaya memilih memeluk engkau dalam segala mimpi sahaya...
Sebab dalam mimpi, engkau tak pernah sekali pun bertepi.


Diterjemahkan oleh Ganjar Sudibyo, 2016
(Sumber teks: https://www.goodreads.com/quotes/3239983-i-choose-to-love-you-in-silence-for-in-silence;
Sumber lukisan: https://id.pinterest.com/pin/80642649553835451/)

6.28.2016

PUJIAN MENJEMPUTMU


tiga kali tiga sudah
kita melipat-hitung kegagalan
karena duka searah jarum jam
dari yang itu menjadi yang itu lagi
dan itu lagi; di putaran itu, musim
nyeri di bekas liurmu
tak pernah sesekali berkhianat

kita berpikir bahwa dengan rajin-rajin
bertindak dan melaksanakan apa
yang semestinya berhaluan cinta,
kita mendapat hal setimpal;
tapi sekali lagi, jika ini kehendak,
perlahan bebal dan bertahan normal
adalah upaya untuk bisa merasakan
jalan selamat.

sebuah altar didirikan dari sisa-sisa sabda
dan aliran-aliran putus asa; sesungguhnya
perjamuan ini mengundang kecemasanmu
seperti gerimis ketika matahari
sedang terik-teriknya

tiga kali tiga sudah
ketika kenangan wafat
jasadnya bangkit menyertai kita
entah selama-lamanya
entah sampai kita
benar-benar
saling cekik
dalam naik doa-doa yang ujung telunjuknya
selalu berdarah


2016
(Sumber lukisan: https://id.pinterest.com/pin/344525440220320455/)

DENGAN APA KUTAHBISKAN KEBISINGAN INI



jika bahasa telah mampu menarik lema-lema, menjalinnya
memendarkan keindahan semolek tubuh pagi
sehabis mandi lalu menjadikannya
gempa kecil di mimpi-mimpi kering
sepanjang tidur siangmu

jika bahasa telah sepakat menarik wajah-wajah
menyelubungkannya di jagad raya
ketika kamu memilih untuk tinggal
di antara para pengrajin nirwana;
kamu pun melupakan
ini tanah siapa
ini tanah milik siapa

dan jika bahasa
adalah udara yang dihirup-hembuskan
makhluk hidup yang berjejal
beramai-ramai menutupi
segala kepedihan yang belum waktunya
tuntas


2016