5.08.2010

MAKA, BERPESIARLAH KE PULAU PESAKITANKU


~ 1/

Ma, dengan siapa lagi aku harus membagi tubuh-kunangku

pada setiap malam yang selalu datang tanpa salam.

apakah mungkin dengan ketidakmungkinan yang pasti

aku mesti meninggalkan pertanyaan bodoh


: di pulau pesakitan terjauh,

kapan aku mati mendekap usia-malammu?



~ 2/

bahwa bergulung gulung kain kafan

telah merupa mimpi yang keluar berlarian

dari arah pulaumu menuju jendela di pulauku

adalah isyarat rencana pengakhiranku

seperti di waktu pemakaman

yang tiba tiba jatuh

menimpamu,


tempo lalu.



~ 3/

di tempat penantianmu, Ma

izinkanlah aku membentuk ribuan mimpiku

sebentuk kapal untuk engkau pakai bepesiar

menyeberangi samudera tangis terluas


kelak, setelah engkau mengetuk pintu pulauku

akan kutunjukkan bagaimana kunang-kunang, bernyala

mengubangi tubuhku yang tak pernah sembuh

di nama pulauku sendiri

tempat aku menuliskan riwayatmu

ke dalam cawan nisanku


dan, setelah engkau benar benar mengetuk

pintu pulauku


akan kutunjukkan bagaimana matahari dan rembulan

menamatkan kebutaan cintaku

setelah berabad engkau curi untuk dihanyutkan kepada ombak

yang arahnya pun

aku tak tahu


maka, bepesiarlah ke pulau pesakitanku

Ma.


2010

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini