9.28.2010

DI MUARA KAKIMU DI HILIR BIBIRKU


sore tadi hujan bilang padaku, “mendung tak pernah paham tentang jalanan

yang jadi becek dan berbahasa diam.” pada tempat-tempat kau melempar kutuk

pada suara-suara kau menanak parau, hujan tetap saja adalah tubuh paling bidadari.

dan tulisan yang kini berbincang tentang pesakitan telah lama melingkar-erat di dadamu,

untuk menjawab maaf yang palsu. maka dengan segenap pengaduhanku akan roma

yang tak lagi ada, bibirku telah bersusah menuju kakimu untuk sekedar dipahamkan atas

apa yang selalu pergi dan datang dari pintu perasaan.



2010

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini