1.19.2011

MELANKOLIA MELANKOLIA YANG KUSUSUN UNTUKMU, MI


[1]

di rinduku. kini, kau adalah hujan

dan aku detak jam yang redam

pada dadamu. tisu


[2]

kucari kau malam malam. kucari

di sebalik kertas buku harianku,

tapi kata kata telah begitu luruh

menyembunyikanmu. dan puisi

tak henti membunyikan rindu

pada setiap katanya.


[3]

aku payungmu, sayang. ucapku

suatu ketika di hadapan kaca,

matarinduku sendiri. aku paham,

percintaan ini hanya milik

sebagian mata kita saja

sebagian dari hujan.


[4]

barangkali, kaulah laut itu:

ombak. aku yang memecah

kedatanganmu berulang kali.

mengaramkan kepergian,

dengan arus di karang karang.


[5]

biar kuwarnai sketsa wajahmu dengan jingga,

hingga kau tampak begitu senja. tampak

begitu ingin mencintaiku. tanpa gambar.


[6]

bila kau tanyakan

tentang harga pertemuan,

maka takkan kau temukan

jawaban di mata uang

manapun.


[7]

wajahmu perca, perlahan

tersusun di jantungku.


[8]

kutiup harmonika dengan oktaf oktaf tinggi

sebagai bahasaku yang terlanjur kamus

di perjumpaan: kau sebagai penonton semata wayang,

dan panggung ini adalah hadiah bagimu seorang.


[9]

angin itu. angin itu adalah pemecah bisu

sewaktu kalender beramai-ramai

membuat sarang yang masai

: bibir, ibumu.


-- maka kunamakan angin itu

pulang


[10]

genapilah nas ini,

tulislah sayang tulislah ingatan

sampai habis ibubatumu


mi!



2011

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini