10.18.2011

MITOS KEHENDAK

selepas datu untal*


“barangsiapa menentukan nasib terlebih
dulu, kemudahan akan menunjukkan taring
yang luhur yang bukan lahir dari mulut buaya.”

sebab katamu mengucap lafaz tak henti
luas menyeberang dari gili ke gili
menghindari pasir yang menyerpihkan
kaki menjadikannya gaib dan begitu
nyeri seperti ditumbuhi sisik-sisik
barisan taring-taring yang berhunusan
dari buaya muara. berenang menjauh
lekas supaya tak merasa hidup ini
fiksi atas kesepian demi kesepian sebab
keterasingan yang kerap menganga
seolah ingin melempar kehidupan lain
atau sekedar menitipkan rintih kutuk
sebagai langkah membuat sungai seabadi
mungkin, seumpama nama. melafalkan
maklumat kesadaran kalau dunia
ini bukan angkasa tak terpetakan,
kalau dunia ini tempat tinggal roh-roh
duduk bersebelahan, terkadang menyapa:
“puan-tuan, kita sedemikian dekat
hanya saja kalian tak kunjung melek
menjaga diri baik-baik adanya.”
maka perlahan,
tubuh ini akan tertinggal khusyuk sendirian
tanpa kerangka karena manusia kini seperti
tersandung lebih dari satu abad lamanya
membuka mulut dan tak ada yang keluar
membaca mantera dan tak ada yang jelma
mengusiri nenek moyang di tanah sendiri
melupakan muasal detak-detik kecil. berdenyut
seakan mendebar-debarkan pelarian panjang
yang sesat dan tak tahu ke mana langkah
sebenarnya berlamat-lamat berat, berat
nampak selamat atau tamat.


2011

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini