1.30.2012

MALAM TENGAH HUJAN DI TEMBALANG

sepeninggal vivi, guri, dan arif, peristiwa datang bergantian


i. jam begitu payah menasbihkan bunyi tiktoknya
sebagai percintaan yang hendak disenyapkan
rapat-rapat bersama nomor rahasia di ponselmu,
pohonan semakin diam menumbuhkan getir-khawatir
kapan mereka tumbang tanpa ada angin gaduh
yang berjalan sangsi perlahan dari mulut, dari musykil
pikiran-pikiran konyol tentang dingin korek api
dengan ukuran pakaian dalammu.

ii. tak ada keasingan di sini. lampu-lampu menyala
sebagaimana mestinya seperti bunyi kesabaran klakson
di kemacetan. tak ada hasrat di sini. warung-warung makan
masih buka selebar harga kelaparan yang lengang. hanya
kesunyian berkelebat di antara pasangan yang sedang
mengartikan selebihnya kehangatan—air bersitubuh dengan
suara cairnya sendiri, lalu turun, mencari-cari letak ke mana
ketiadaan hendak dialirkan. dilahirkan kembali

iii. di dalam kos seorang kawan, pertemuan hanyalah percakapan
winamp bersama poster pram di getar kaca. di sebuah ruang
yang atapnya tiba-tiba menciut ke bawah dan basah, kau berusaha
lari memutarbalikkan putaran jam yang hampir patah, menimpali
kebodohan lewat cahaya yang dipalingkan. mata itu




2012

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini