7.17.2014

DINDING KELABU


di belakangku, sore selalu bergerak ke bawah
lekas membikin dinding kelabu,
pemandangan rumit itu kerap kali
memperanakkan pikiran-pikiran kehilangan; tapi
nasib telah lapang menerimaku
lambat laun dinding kelabu jadi tempat tanggalku
tempat meletakkan tubuh yang dijauhi masa lalu
menyandarkan jemu perasaan yang sudah-sudah
melepaskan perjalanan-perjalanan buntu;
mengenakanmu, darah-daging nafasku

di sini udara bertebar sayatan ingatan
mantra membawanya serta sebentuk angin gigil
mitos orang-orang kalian:
kepal, sengal, rapal, sakral, kekal

lantas kuucapkan selamat
hari ini bahasa kalian gagal;
bahasa kalian, selamat tinggal

...

( di suatu sore yang lain
aku tergoda bertanya,
mampukah dinding kelabuku
menghimpun sayatan ingatan
jadi sepi bangunan tanpa atap
mengerudungiku dari rimis hujan? )



2014


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini