10.05.2015

DI BUKIT KOTBAH IA MENGUCAP OM


berkali aku membaca kepedihan itu:
setengah dari hasrat yang disinyalir sebagai jelmaan
desis ular dan rayuan siluman.
yang seperti itu mesti dibuang ke jurang bersama
babi-babi sebagaimana peristiwa di pasal sebuah kitab

sebab kepedihan mestilah kita asuh
seperti anggur-anggur di ladang perumpamaan,
seperti burung pipit dan sehelai rambut;
kepedihan perlu bahasa yang tak tampak
bahwa ia atau siapapun itu tak lekas menunjukkan
muka muram karena merasa gagal atau
karena ini bukan hitungan hari baik

bahasa sebuah bangsa telah mengambil keyakinan
yang tiap-tiap pemeluk pun tahu
kebahagiaan berkiblat pada karma itu sendiri
: nirwana beserta para makhluk yang tak pernah
merasa tunduk pada kekhawatiran

maka dengan langkah kaki yang tenang
dan perangai wajah seperti goncangan teratai
yang pertama kali jatuh pada musim gugur,
ia mengucap om...om...om...
seraya memecah-mecah kepedihan
kepada lima ribu orang


2015


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini