5.14.2009
EPISODE PAGI

Pagi, episode 6#
Ketika terbit
terberkas di kubangan bulatan matahari
tak sampai petang ditaklukkannya
sedang tuaian mata air pena senantiasa tertitik
deras mengucur bersama sisa gerimis pagi
menatap
sisa gugur daun hanya bisa tergolek
di luas hamparan sabana terra
menyiratkan supaya gerimis tak lagi
menganyam hantu waktu di sarangnya
- berhembus lalu...
5.10.2009
EPISODE PAGI
5.07.2009
EPISODE PAGI
EPISODE PAGI
EPISODE PAGI
Pagi, episode 2#
semusim berlalu
dirindangi kata-kata
sepanjang gemuruh-riuh, berloncat-loncatan
sepanjang desau angin, berlari-larian
mengejar layang-layang buta
oleh mata kata terpejam
oleh kata meredam kelam
dan jadilah pagi
- berhembus lalu…
EPISODE PAGI

serentak !!!
seantero langit membahana
menyingsing kepakan burung-burung fajar
meliuk-liukkan putih awan
meremangkan kilauan surya
sementara di sudut pagi, tergolek sepasang nada
terbungkus selimut daun-daun rerimbunan kata
tersebab
kau dan waktu adalah satu
lalu berhembus...
5.05.2009
MINOR

ragaku mematung sehabis
terkatup kerak matamu
merenungi sisa hidupnya
mungkin, lapuk tubuhku dirayap senyap
atau mengikis diombak jarak
tapi tidak jiwaku, seraya
mengerucuti sangkar nadamu
hingga tersangkut di reranting malammu
hanya, dirimu tinggal memilir waktu
di persinggahan kesunyiabadianmu
mungkin, telah kau cumbu
lekat ragaku mengaku tak gerak
di akhir jengkal melodimu
yang tak berdetak
4.30.2009
MANUSIA dalam API

CRAKKK !!!
terbenam kau oleh pejam
menyeruak tubuhmu
mengupas hingga kelopak mata jinggamu
memerah-jingga membungkus setelah
terbujur sekujur tubuhmu
hingar dalam pijar-pijar meluap
bersama reruntuhan geliat dingin kristal mimpi
dan...
muncul, tampak
menyala, tak redup dipagut kelam
deras bara berkobar di ujung ketiadaanmu
terbakar kau oleh lukamu
sampai ngilu malam terisak menangisimu
menyusupi degup waktu
dirimu, serupa kau dalam api
200904SMG
4.27.2009
Doa untuk Puisi

tuhanku, terimakasih engkau telah mengaruniakan kata untuk dijadikan cahaya di mata malam para pemahatnya. Berkatilah tebaran kata yang hinggap senantiasa menggores di setiap relung mereka, jagalah ia supaya tetap membara di atas belahan kanvas-kanvas reot ini. Utuslah malaikat-malaikat kecilmu supaya para pujangga tak terkulai lelah mencarinya di saat terdampar di lembah suram di mana kata takkan beriak dalam keheningan...
200904SMG
4.19.2009
Ytc. Puisi
Wahai puisi(ku) yang baik hati,
Bersendiriku. Biasa. Di lorong-lorong setiap malam. Menggantungkan hiasan katamu yang indah bila dipasang. Kadang, malamku kering. Seperti tersisih di padang bermandikan pasir. Menunggumu datang membawa pundi-pundi baru untukku. Mataku yang tak berani menyala lagi di tengah keredupan. Habis kataku.
Puisi(ku)...datanglah malam ini!!! Kutunggu. Biasa. Di sarang tubuhmu.....
pujangga yang menggigil malam ini
200904SMG
4.15.2009
Serpihan Bernas Kata Tadi Malam
Tadi malam kata berkerumun di wajahnya
Menanggalkan gaun-gaun lamanya
Mengenakan topeng-topeng di luas-sempit ruangnya
Hingga pergelaran malam diporakporandakannya
Ialah bernas surga bahasa
Merajalela dalam ilusi-ilusi romansa
Dan semut-semut kata berdansa
Dalam rupa larik-larik karsa
Mereka melepas petang, akhirnya
Bertengger kembali di habitatnya
2009/01/06/SMG
4.12.2009
RELUNG(MU)
Mataku menggumpal di deras cucuran darah
Menjadi malam-malam di deret penantian panjang
Melesap di lubuk-renta jiwa
Hingga luka meminta lelehan air matamu
Telingaku melayang mendekap tepian bibir
Merekat di dinding-dinding mulut
Tak sampai habis ditelan ludah
Tak sampai tenggelam di dasar laut dekilmu
Wajahku melukis-hias bersama tinta merah-jambu
Berontak mencerca topeng-topeng retak
Mengoyak di sudut kening
Lantas mengerak di kehening-teduhan bayang sinarmu
Otakku yang hampir meremuk-redamkan gulita
200904/SMG
4.05.2009
Ilustrasi penyair malam
Raga
Terbius
Irama sangkar
Bertubi
Berkelakar
Memintajawab
Mendung awan
Hanyut
Di kekeruhan malam
Sementara
Roh kata
Menghembus
Lewat
Jalan-jalan sunyi
Lenyap
Menggelap
200904SMG
4.03.2009
menjelang habis tinta, tinta habis

“kemesraan ini...
janganlah cepat berlalu....”
[Bang Iwan]
Kanvas I
air mata, mata air
milikku?
milikmu?
milik...????
Kanvas II
layang-layang kata
bertumbuhkembang manja
di deru embun-embun
berloncat-ria
di gegap gempita
turunnya surga kata, semu
melukis-hias batas-batas cakrawala
tapi tak seindah pesta kembang api
di kemeriah-riuhan album barumu
Kanvas III
berdiri tetap
matatinta menatap
sesaat
menodai
sang perawan kata
tak jemu bertukar mata
Kanvas IV
datang penjual
henti membual
mengganti kemelut mulut
menjadi romantika luka
melesap-dekap
menanti reruntuhan tinta
Kanvas V
duhai telingamalam,,,
siapkah engkau buka daun pintumu???
izinkan sajak berbaring
Kanvas VI
di serambi matamu,
senantiasa tergenang sayup-sayup larik
bergelantung di dahan telingamu
menggumpal bersama buliran embun darahmu
berdetak di degup relung
Kanvas VII
tersisa
hanya butiran
berselimut pasir...
Kanvas VIII
guratan
habis terlukis
mengias di paras kanvasmu
pena terkulai
lagi tak bertinta
Kanvas IX
menjelang habis,
tinta mencucurkan kata
di mata kanvas
tak berbekas
200904/SMG