1.08.2009

Perupa Tinta di Atas Kanvas



Di atas kanvas peluh penuh. Guguran malam membekas masih. Tapi kau tetap ingin melukis pagi. Dengan coretan pena tuamu. Dan, kau coba menghapus bayangan kelam. Kau sapu lembut dengan lelehan keringat.


Di atas kanvas penuh peluh. Guguran malam terhapus telah. Tapi jejak malam mengukir masih. Kau tetap ingin melukis pagi. Kau jejakkan hiasan pagi ke dalam kanvas. Kau titikkan tinta fajar. Dan, mulai membariskan imaji. Pagi lebih indah daripada malam tadi.


Dia atas kanvas penuh peluh. Kau tinggalkan goresan tintamu. Mozaik-mozaik baru tercipta. Baris-baris warna menggelayuti tiap serat kanvasmu. Kau terhanyut dalam goresan penamu.


Di atas kanvas peluh penuh. Kau lukiskan sang surya. Tapi, rembulan masih menetes di kalbumu. Kau lelehkan kenangan. Hiasan malam kau pudarkan sudah. Dan, kau retakkan warna-warna pelangi. Membentangkannya ke dalam goresan penamu.


Di atas kanvas penuh peluh. Penamu bertarung. Menikam bintang. Lalu menghempaskannya ke dalam pelukan sang terra. Mencoba melekatkan buih-buih fajar dalam dekapan penamu.


Di atas kanvas peluh penuh. Kau merengkuh fajar telah. Melekatkannya ke dalam penamu. Dan menuangkannya di tiap serat kanvas. Lalu menempelkannya di relung-relung jiwamu.

Smg, Okt`08

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini