7.11.2010

JALAN SAJAK - 2 -

tertanda Jl. Unta Raya


* I *
ilalang selalu saja hijau meski mengenal cuaca
yang sekarang tak pasti kapan kemarau kapan
penghujan. di sisi sisi jalan yang kerap kali air
memenuhi liang tubuhnya, rumah rumah tua
seolah ingin pergi dari nasibnya ketika waktu
menetapkan masa penggusuran, dan ilalang.
ilalang akan menjadi saksi sebuah angka
kalender yang ungu bagi setiap rumah
sepanjang jalan di mana doa setiap
pagi, tumbang.

* II *
ingatan tentang sejumlah anak di bantaran
sungai adalah ingatan bagaimana aku
mengejar layang layang kanak kanakku.
meski, aku masih lupa ke mana jalan menuju
rumahku yang dulu beralamat ganjil. sudah
semestinya aku mencari kegenapan bagi
keganjilan seperti alas kakiku yang tertinggal
untuk diketemukan pada tubuh jalanan itu
bersama sejumlah ingatan di setiap pucuk
rerumput yang hampir ikut terbakar
di samping bau timbunan sampah
dan polusi.

* III *
maka kenanglah

karena masa telah setia menandakanmu untuk
tak sekedar dijadikan abu bakaran atau arang
dari pohon yang telah lama merancang
segala siang.
- pada nama jalan itulah, aku memberi tanda
bukan sebagai marka melainkan pengusir
petaka masa lalu –

* IV *
pada Jalan Unta Raya yang sering kali dingin
bagi setiap malam berkunang, aku ingin
sesekali menjadi tangisan lampu yang kadang
dipadamkan oleh sebab tengadah doa
yang sekarat lalu menjadi mayat.

* V *
sepuluh tahun lalu, sorga sorga kecil ada
di sekujur jalanan itu.


Kota Semarang, 2010

0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini