1.01.2011

WAKTU DAN HUJAN DI KOTA PERSEPSI


Waktu

ia nampak seperti payung orang-orang hujan

ingin tampak dari setiap langit di setiap jalan,

terkadang ia belajar mengeja kata- -terbata ba ta

sembari mengucap salam kedatangan tahun-tahun

yang lebih butuh untuk dikatakan sebagai sebuah

bahasa. bahasa di mulut mata.

suatu kali, ia pernah menyebut yang lalu

adalah kepulangan bagi orang-orang yang merasa

gagal mengenali dirinya atau riwayat yang tak pernah

lahir sekalipun di tanggal-tanggal genap;

seumpama telur menetaskan sebuah payung kecil

maka payung kecil itu akan lekas terbawa hari sabtu

sebelum semuanya menjadi merah. stop. dan rileks

dari rutinitas,

menikmati hujan yang mengeram doa orang-orang

penyayang kepala kotanya.


Hujan

ia tak bisa tampak nampak atau memecah ibarat purba

untuk sekali datang. di pundak orang-orang yang seringkali

dibisiknya bahwa sebenarnya perlahan-lahan waktu

akan takluk jikalau setiap pundak direbahkan pada

dada yang bisu dan buta untuk diperdengarkan

suatu saat menjelang rericik air mulai berderam

di kaki-kaki pemungut telinga.

hingga suatu ilmu pernah berpesan bahwa

jangan ia tiba sekali di musim yang sama

karena awan tak mungkin lupa pada tanah

dan ingatan tak mungkin sungsang begitu saja

dari akar-akar pohon yang tumbang

di kepala timpang tempat kota

menyimpan arti hilang kepada lubang

mata-mata lengang.



2010


0 pembaca kata berbicara:

Posting Komentar

silakan rawat benih ini