PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

1.23.2012

SEBUAH LESAP MENCIPTA PERTEMUAN

tertanda arther panther olii


sebuah lesap datang dari nomor yang asing, berdering di handphone itu
seperti tak ingin sepi memandangnya jauh. jauh dari kaca jendela. sebuah
lesap menyatakan dirinya sinyal yang tiada sebagaimana kesunyian ini
berbentuk seperti wanita telanjang. ia itu semacam keypad kerinduan kota
terjauh, semacam suara burung pagi-pagi yang memanggil entah atau kata
kata tak terbaca di sebuah buletin indie. sebuah lesap berjalan di percintaan
yang kosong—menumbuhinya, menjadikannya pertemuan setiap kali mata
menatapnya sebagai suara berwarna merah muda. seperti wajah yang
daripadanya berulang kali menanggalkan kesedihan demi mengabarkan
sesuatu.


2012

1.18.2012

ASAP TERLELAH DI GOMBEL

ini seberang bukit perawat bangkai air hujan
orang-orang menanam waktu siang, menuainya malam-malam
lalu memeramnya ke lelap panjang tanpa ingin tahu
kalau masa depan sudah tak ingin jenuh
mengasihani langit dengan memberi banyak matahari.
di jalan, mimpi-mimpi mengantre sangat panjang
macet bepuluh kilometer hingga suatu saat
jalanan penuh awan karena orang-orang hanya diam
memakai masker dan otak yang super--kuper
membahagiakan diri bilamana kota tanah lindung
dijadikan tempat menghibur diri, merobohkan pohon
demi pohon. menggeletakkan hotel-hotel, warung-warung
kelontong, restoran 24 jam. ruang bagi air hujan perlahan
rembes ke ponsel-ponsel touchscreen para investor, mengeringkan
telpon genggam yang semakin buram dan tak jelas keypadnya.
semakin tak bernafas oleh timbunan asap, seperti pesepeda
yang memaksa melaju tanpa henti lewat jalan ini. rute
dengan tanjakan berat seberat asap bus-bus tua.
ketahuilah, kini di kota kebencian ini, semarang mulai
menampakkan orang-orang pecinta asap. asap-asap
yang terlelah tapi tak mampu punah karena tradisi,
membiasakannya seperti makan nasi basi.


gombel, senin, pukul tujuh pagi, musim kemarau,
masih saja ada asap sepasang kekasih yang bersikeras bercinta di gazebo!




2011

1.16.2012

SEBUAH PARAGRAF TERSEBAB FREUD

setiap manusia adalah pejangkitan dirinya. katamu, kita tak lekas selesai
berkelahi dengan bunyi yang diciptakan oleh kebisuan tentang nafsu pertama
di persembunyian. demikian kau namakan persembunyian itu kecemasan. mungkin
manusia hidup dalam struktur seperti sebuah kota yang kehilangan aliran
listrik,tak banyak bayangan di sana. dan bayangan telah menukar dirinya
dengan ketakutan yang berusia anak-anak, nampaknya. masa lalu memelantingkan
masa depan tanpa kejutan-kejutan di masa sekarang. manusia menyusun kepedihan
di dalamnya, berusaha menghayati diri sebagai masa yang bersatu dalam waktu.
usia tak lagi bertanya-tanya ke mana segala pikiran berujung, ke mana tingkah
laku mesti diselamatkan serupa barang antik.hanya saja, setiap persembunyian
memiliki wajahnya masing-masing. itulah yang membuat aku menumpahkan tanya:
kenapa kau menujukkan jalan kebebasan mesti melalui alam bawah sadar, bukankah
sama dengan perihal kenapa engkau membutuhkan kokain tanpa perlu menisbikan
kebahagiaan?


2012

NERUDA 2012

1973 kau bangkit

matilde, matilde
katamu

matilde sedang bercinta
dengan puisi-puisi basah

2012 kau semakin muda
di pulau capri yang tua

2012 sebuah film tentangmu
masih saja selihai suara matilde

matilde, matilde
kataku

1973 kau benar-benar kekal


2012

TAHUN BARU DI JEMBATAN TI

hanya kamera
dan orang-orang
terkurung dalam cahaya
lalu melesat
:doa kesepian widji thukul

katakanlah, apakah waria-waria di sini
sedang memikirkan kelaminnya
berganti tahun?



2012

TAK ADA AIR DI MILO

tak ada air di sini. ya, kata mereka. pun kau.
mereka hantu, katamu. hantu-hantu angkot
atau bus jurusan semarang-solo. tapi kau baru lihat
itu air. di rambutmu. kataku. kau nyana:
mana mungkin di halte ini ada air. rambutku
basah karena tempo hari

telingamu baru saja dimiliki hantu van gogh,
dimasukkannya ke botol mineral. disimpan
di dalam koper. menunggu pemberhentian ini
purna sementara

kekasih, tak melihatkah kau tak ada diriku
di dalam air?

- dua puluh ribu rupiah kita naik rajawali ke solo
tanpa kau dan air mineral -


2012

1.15.2012

70 KM MENUJU SURABAYA

bus ini mungkin terpeleset terlalu kencang
hingga mimpi-mimpi kejang selepas semalam
angin kencang keluar dari tubuh yang ingin
mengabadikan dirinya sebagai cahaya lampu-lampu
tugur di semenanjung orang-orang mendudukkan dirinya
melamun atau berusaha memusnahkan jalan-jalan di depannya
dengan lintasan kata-kata atau memenggal takdirnya sendiri

70 km menuju surabaya, bus ini masih terjaga, rupanya
menahan kelahiran dan kematian di luar sana



2012

TANJUNG KODOK, KEKASIH

kepala yang aku taruh di dadamu dulu
kini, benar-benar terantuk pada terjal batu
seperti katamu: pertemuan kita adalah sepenggal batu
dan kau mencoba mengeraskan diri

jalan panjang menuju tempat yang kausaksikan
sesungguhnya adalah waktu yang mengikis dirinya
membentuk sebuah monumen: ini aku menunggumu,
ciuman yang menyublimkan ombak-ombak
sebagai ruang untuk berpelukan
lalu kita saling memasuki

--memandang seberapa batas perahu menjadi titik
dan menghilang dari bibir



2012

1.13.2012

MEMORABILIA SEPENINGGAL KILOMETER PERJALANAN



"Warga Lamongan tidak suka hidup kepura-puraan,

akan tetapi menyukai hidup yang lugas, apa adanya dan tanpa pamrih."
[Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang]



/i/
lamongan, katamu, lamongan


kita sampai melintas ke atas jembatan ini:
lampu-lampu putih bundar menyisihkan cerita
kesepian tukang becak di bawahnya,
sepanjang jalan yang bukan keasingan
bukan sesuatu atau nama yang tak pernah
diperdengarkan. mungkin saja ini tepian
yang sama getarannya dengan langit sempit
di sebelah sana.


kita sejumlah bayangan pada sisa perbatasan kota
--peralihan menuju tempat yang tak ingin disembunyikan:
sehabis malam lalu, seorang penyair muda belajar
berdang-dut sendirian dengan cong yang di pojok bus
mencuri seribu cahaya lesap ke dalam paru-parunya
lantas dihembuskannya ke celah rapat kaca jendela, menahan
sebuah ruang bau pekat penuh jaket dan syal-syal tebal
dengan matanya yang berat ditimpa karat bening embun
dari hujan yang tumbuh buluh melalui alis matanya,
embun-embun serentak menciptakan seribu cahaya
jadi sebentuk susunan warna picasso tentang sebuah kota.
kota yang menelanjangi ruas-ruas pesisir


lamongan, katamu, lamongan



/ii/
pagi itu, sebuah, dua buah, tiga buah, beberapa
buah perahu mengapung tanpa hasrat atau kecerewetan.
ah, mungkin saja muka air ini diselubungi basah syahwat


mereka adalah perahu-perahu yang siuman
siuman dari lanskap kamp kamp penampung sampah plastik
putih, hitam, hijau, bunyinya. siuman dari seribu lebih cahaya
kembang api tahun baru!



/iii/
70 km menuju surabaya, bus ini tak henti
memenstruasikan bau orang-orang begadang
di atas trotoar yang mempertautkan antara
perhentian dan potongan-potongan jam
di pergelangan tangan mereka.


mungkin di paciran, tempat orang-orang
meyakini setiap jumat adalah tanggal merah,
masjid-masjid di setiap sudutnya dan tak banyak
orang mengabaikan jumlah azan yang mengepul
di riuh kota. di luar, kita tetap saja menghirup
desis ombak sekitar 30 meter dari ayunan
wbl. tak ada kepiting dan lumba-lumba di sini.
tak ada. bahkan sempat-sempat kau mencarinya
di gua insectarium, istana boneka, rumah sakit hantu,
atau tagada yang tersembunyikan pada peta.


70 km dari surabaya, langit gerimis memercikkan
kepalsuan seperti arena tembak ikan. demikian isyarat ini
apa adanya, seperti harga segelas pop mie hangat
yang dimanipulasi



/iv/
onta-onta kandang seketika mengembalikan kita
ke deretan kursi bus paling belakang
dengan punuk terlebar. seketika
mengakumulasi perjalanan hanya
menemui perahu-perahu yang berulang
bersitatap pada tinggi interval gelombang
sebagai jalan abadi.


sebentar lagi, kita meninggalkan perbatasan ini,
katamu, sebentar lagi


perahu-perahu itu masih ada, beserta barisan
sampah tas plastik warna-warni. kita seakan tertahan
melihat betapa asin tekstur sebuah sungai
yang membentuk delta pada rekat batu-batu kapur
dan perahu-perahu menahan angin yang mengantarkan
sampah-sampah itu pergi ke arah lebih jauh, atau bahkan
menyulapnya jadi ubur-ubur jemur


magrib semakin rimis, perahu-perahu memutihkan dirinya
tanpa mengenal siapa saja warga di dalamnya,
kembali ke dalam embun pada hitam kaca jendela
lalu turun ke lorong-lorong
menjadi kita


kuning ingatan



2012

1.05.2012

BEBERAPA TERJEMAHAN SAJAK PENDEK CHARLES BUKOWSKI


Sebuah Tantangan Menuju Gelap


tembak di mata
tembak di otak
tembak di pantat
menembak seperti bunga dalam tarian




Seketika Puisi Pergi

seketika puisi pergi ke ribuan dirimu
menyadari bahwasanya kau telah diciptakan sangat
sedikit




Selesai

Kita sama seperti bunga-bunga yang tak pernah merasa repot
untuk mekar ketika mesti mekar dan
seketika itu seolah-olah
matahari telah menjadi jijik dengan
penantian



Keberuntungan

sesekali
kita masih muda
pada
mesin ini...




Oh Ya

ada hal yang lebih buruk dibandingkan
sendirian
tetapi sering kali membutuhkan puluhan tahun
untuk menyadari hal ini
dan paling sering
ketika kau melakukan
itu terlalu terlambat
dan tidak ada yang lebih buruk
dari
terlambat yang terlalu



Puisi untuk Ulang Tahun ke-43ku

berakhir saja kesendirian
di sebuah makam dalam ruangan
tanpa rokok
atau anggur --
hanya sebuah bola lampu
dan perut buncit yang
berambut abu,
dan kesenangan untuk memiliki
ruangan ini



Memecahkan

Van Gogh memotong telinga ini
memberikannya kepada seorang
pelacur
yang melemparkannya jauh pada
kemuakan
liar



[sajak-sajak ini diterjemahkan secara bebas oleh Ganjar Sudibyo @2012]

12.28.2011

MORTI

tersebab lucia

kau ingin sekali bercinta di laut terang itu--
air yang kau bayangkan sebagai ranjang lima dimensi
menelanjangimu lekas mencoba lekang menyamai kesunyian
ah, betapa sahaja ruang yang kau bangun di basah rambutmu
sama seperti sekujur tubuh melayang dari kedalaman:
kau sebut itu kematian, kau panggil itu kehidupan


kau ingin sekali bercinta di laut terang itu--
menyetubuhi keasinan pertemuan dengan desah terasing
menggema dalam mercusuar yang kosong, hingga tak ada imaji
seorang kekasih memerankan seorang bintang porno
sungguh, tak ada kau di sana, tak ada kilap buah dadamu
sebab betis dan ujung kakimu berkulit lumpur abu kelu
maka lebih baik setubuh diam ini mengantar masa lalu:
kau sebut itu kematian, kau panggil itu kehidupan


kau itu
itu kau


2011

12.21.2011

UFUK YANG BERANGKAT

tak ada akhir, kata paz
kita adalah seni yang kembali
bening sepercik basah mata
menghuni kehilangan demi kehilangan
sampai datang bab kesepian van gogh
yang ia namai warna. siapa dapat
mengatur masa depan, sebab igauan
berangkat lebih dulu bersama ufuk
di perpisahan bahasa kita



2011

12.20.2011

SAJAK-SAJAK JIM PASCUAL AGUSTIN

LANSKAP

sepuluh kilometer dari laut,
dua dari rentang pegunungan
menjulang di atas bagian
kota. tiga di pagi hari
mendengarkan angin
yang terdengar lebih
seperti gelombang menerjang.

rumah terlihat masih
seolah-olah ada sesuatu
terjadi. dekat gerbang
dari flat ini kami menyewa
sebuah pohon Van Gogh,
tetapi aku tak dapat melihat bintang-bintang
dari jendela yang terkunci

seperti semua pohon lain
pada seketika di kota ini,
sedang berjuang
dengan laut tak terlihat

setengah dunia jauhnya,
tanah di mana aku pertama kali
menyentuh pohon dan melihat
tertiup lanskap angin
pada kulit mereka



DALAM LABIRINMU

Anak empat bulan,
kau meratapi tanpa
air mata.

Botol di sisimu,
kerincingan bib keriput, berdetak diam,
dan ibumu,

Semua enam belas tahun dari dirinya
Aku tidak bisa mengatakan bahwa kau telah dicuri.
Mungkin sisihkan

di suatu tempat
dalam labirin
kebutuhanmu.

Mengajarkan kita,
untuk memahami
bahwasanya paling rapuh dari binatang,

Apa yang kau gelisahkan.
Tentang kesabaran kita yang diukur
pada sendok teh,

Mungkin saja itu tidak akan pernah
cukup untuk mengukirmu
demi cinta


*Jim Pascual Agustin adalah penulis Filipina yang tinggal di Afrika Selatan. Sajak-sajak tahun 1997 ini, diterjemahkan bebas oleh Ganz.

12.19.2011

APOLOGIA: BECEK INI MENGANTARMU

tertanda timur budi raja


beginilah bahasaku mencoba menerjemahkan serak bahasamu
sejeda sunyi itu mengingatkan atas perjalanan buta dan tua
yang bilamana dikekalkan akan semakin hijau dalam pikiran
atau cokelat tua melikat-kilat di kulitmu. beginilah bahasa tubuh
perjumpaan tanpa banyak perjanjian. seketika pelajaran tentang
sastra yang pingsan seumpama kota yang lekas becek di penghujan,
seketika itu juga langit begitu kotor untuk mengenakan rumus permohonan
maaf: kebersahajaanmu


2011

12.13.2011

PUISI-PUISI KECIL YANG MENULIS DIRINYA DI DESA MERAPI



MEMECAH PERSEMBUNYIAN


tak perlu kau sembunyikan dirimu ke rekat
rerumput di sisi-sisi jalan yang coba kau
tirukan bayangannya. kemarilah, duduk
bersama kami karna kami tak sedang melarikan diri
dari bungkuk pinggang atau keringat bibir,
bahkan mempercayai batang singkong yang kami
cabut akan tumbuh kembali dengan umbi paling besar
esok lusa. ladang mengisyaratkan kami gerak tunas
tembakau menyempit menujumu. barangkali, dengan
gendar dan tempe di lidah kami, siang semakin
mengetahui betapa lunaknya persembunyianmu.
atau mungkin kau sedang meniru bayangan keranjang
di samping kami?


2011



JALAN MATA ANGIN TELOMOYO

fajar ini tumbuh-tumbuhan yang memanjang
dari tanah bahasa telanjang nenek moyang
--kita memburu basah di seluruh pucuk daun kol
merekam setapak-setapak yang berdebur
mata angin jauh dekat gunung itu


2011



YANG BERJATUHAN ITU TERKELUPAS DI KAKI

angin bambu-bambu meniadakan kehilangan
ialah kesunyian di sudut mata seorang anak
sepulang sekolah bersama lekuk rerumput
yang menatapinya. lalu segalanya mengeras
menunggu kejatuhannya setelah jejak terkelupas
dari kaki menuju kaki


2011



MEMBEKUKAN API, MENIKAHI ABU

suara kita timbul dari gosokan kedua telapak tangan kita
seperti patahan kayu-kayu itu ke dalam pokok api
sebelum menikahi abu. itulah diri kita yang sangsi
seraya berharap bisa membekukan api, segigil air
bak kamar mandi, kemudian pikiran-pikiran hangat
mencoba berjoget di dalamnya


2011



MENYEMPURNAKAN ANGIN SUNYI

entah dari mana angin ini tiada memanggilmu
dari keramaian bisu bambu ataukah tanah ladang
yang saling ingin digemburkan.
demikian para petani mencerabuti sunyi
sebermula bunyi rerintik keringat cangkulnya--
sesempurna perjalanan panen ketela


2011