PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

3.01.2014

BAROMETER, AWAL 2014


Hari Jumat Bulan Februari 2013, Koran Barometer menyiarkan profil abal-abal kedua saya:


SUARA MERDEKA PENGHUJUNG 2013



Profil abal-abal saya yang dimuat di Suara Merdeka di Penghujung 2013 bersama dua penulis abal-abal lainnya




2.28.2014

KEPILUAN PURBA



pada debu
pada sore
pada hujan
pada langit
dan segenap berita-berita di televisi
politik;
kemiskinan adalah saudara kandung kita
yang berwajah cemas

pada manusia
perasaan-perasaan tuhan
berjatuhan
sedalam-dalam semesta


2014

1.30.2014

PROCRUSTEAN’S BED



sementara suara-suara orang tampak sedang
diburu oleh yang jahat dan yang baik

sementara itu, sejarah kita memahami perpisahan dan pertemuan
hadir berbentuk seperti koper

(tok tok tok…)

kini januari tertidur ketika air mudah genang dan luap,
ke suatu tempat yang entah dari muara entah
dari perih mata kita

januari seperti meminta pertanggungjawaban
seseorang yang meninggalkan kita tiba-tiba
            seseorang yang juga tiba-tiba lupa
            pada jiwanya sendiri

lalu sebagian orang menjadi cemas
ada yang bermaksud tak ingin sesat pada dunia
ada yang bermaksud menghargai kata-kata
seberhala harta-tahta;

(norma, mana norma? tok tok tok…
tanya seorang tua di luar sana)

kita sama-sama memahami dari mulut mereka
telah kerap keluar pecahan angin yang menutup
halaman-halaman kosong, membiarkan waktu mendingin
sebab sesama benci menjelma lebih dari hasrat
sebentar muncul, sebentar tiada

katanya, ini waktu untuk kita tindak
tak peduli orang itu orang ini;
demikian cemas katanya lagi
di luar sana
supaya norma tak lahir atas busa-busa 
berkemas ke dalam celah-celah koper
kelak



2014

1.14.2014

AKU TAK SEDANG INGIN



ini sekian lara datang mengetuk atau mengutuk tubuh?
kau berkata senantiasa di samping, kata-katamu
menjaga baringanku dari cahaya-cahaya panjang
yang tanpa remetuk menyusup lubang kaca jendela

ini lenganku kekasih, peganglah
lengan ini tak pandai berdusta
peganglah, sebab kau tak akan pernah
dapat meminjam lara ataupun bagian
dari tubuhku yang menunjukkan ini panas
ini dingin, sebab lenganku adalah bagian
yang pernah berhasil membuat pertemuan kita
jadi satu musim sunyi saja

sekian dalam lara kata-katamu
mereka seolah bergegas dari pigura foto kita
jadi buih dalam sisa bir di pesta tadi;

aku benar tak sedang ingin
memandang langit itu
kembang api pergantian tahun
telah jauh kita selamati di malam
ketika lenganku
dingin bibir
kau pandang

           

2014


12.08.2013

BURUNG YANG MATI DI TANGAN PENYAIR


mata kebebasan sekarang diperuntukkan apatah;
orang-orang menghimpun diri untuk saling tahbis
mereka seringkali lupa, ada langit yang jarang
disentuh bahkan dibaca sebagai kitab suci kedua

sementara itu, mata seorang penyair menyibukkan
ke mana pandangan-pandangan dijatuhkan,
dengan cara apa merupakannya;
suatu ketika seekor makhluk yang mempunyai sayap
di bawah pandangannya. lalu ia mengambilnya
sebagai kematian ia candai kebebasan
sarat orang-orang buta


2013


12.03.2013

YA RAMA, HUJAN MEMBERI NYAWA DI PINGGIR KOTA



kamu tulis aduh yang jauh itu
pandangan yang tak lagi sempat mempertanyakan
hujan ini adalah bagian dari aduh itu

saudaraku, kota jiwa kita sekarang begitu tegang
sebab bulan tiba seperti mata kamu yang tak ingin
segera meninggalkan genang jalan-jalan lengang
dan rumah-rumah yang kusut

masuklah; udara sebentar lagi rampung
untuk menyamarkan jarak di pinggir kota


2013

11.22.2013

BERUNTUN MEMPERTANYAKAN KAMI



syahdan, ada yang beruntun mempertanyakan kami:
bagaimana kalian menemukan warna hijau, selain
daripada kamus daun-daun atau rerumputan?

bagaimana kalian menemukan warna kelabu,
selain daripada mendung di sarang hujan?

bagaimana kalian menemukan warna biru,
selain daripada kitab lautan dan batas langit?

bagaimana kalian....?

ada yang beruntun mempertanyakan kami
untuk mempercayai bahasa mereka
bilamana segalanya mutlak berasal
dari yang tampak

percayalah
sebab kami tak pernah percaya semata
pada rupa-rupa kulitnya, tuan jaksa!




2013

MATA KESUNYIAN YANG DIBERKATI



ada perasaan handarbeni yang mirip cabang-cabang
pohon di depan rumah kami: tua, kokoh, dan berbuah

tua:
perasaan itu ditanam sejak kami dinamai
sejak itu unsur usia yang sebenarnya tidak bisa kami bebaskan
bisa kami lalui lewat lekuk-lekuk kambium, garis-garis
yang menjadi batas antara abad dan abadi

kokoh:
karena perasaan itu berlapis adanya, bukan topeng
melainkan memang benar-benar jujur. ini kami.
murni milik kamu yang tersembunyi dan paling dasar ;
sebab kami kamu berdiri

berbuah:
kami bisa merasakannya. ia bukan datang dari lidah
yang kepanasan atau kedinginan. kami bisa merasakannya
dan bentuknya yang angslup menyerupai jiwa kami telah
semakin besar serupa pandangan keji orang-orang suci

nah, pahamkah dirimu dengan mata kesunyian kami
yang diberkati oleh orang-orang yang melupakan sejumlah
waktu sebagai luka sejarah dan air ludahnya sendiri?




2013

10.31.2013

SUNGAI EFRAT MEMBASAHI PANDANGANNYA



seperti dingin yang diperoleh
dari batu-batu musim hujan
seperti para pertapa yang hanyut
oleh gemercik gelombang sungai;
pada tangan ia menggenggam
pandangannya yang bertubi aku
sebelum menetes tenang di pagi hari

di tanah itu,
ada yang memanggil rumi
lalu mengunci pintu
ada yang memanggil gibran
lalu membuka jendela
tapi kebanyakan orang
memanggil cahaya
lalu mendirikan rumah
di tanah berpasir

ia kah sejarah yang mencuri
dan menyembunyikan cara
merawat generasi
yang membenci darah
dan mencintai muka air
di pinggiran sungai?

oleh nabi-nabi palsu
dunia tak lebih gawat
dari sebalik ayat-ayat
dari nyala matanya
yang sedikit basah


2013

10.07.2013

PUISI-PUISI YANG DIMUAT DI KORAN MERAPI


Puisi-puisi ini dimuat di Koran MERAPI pada tanggal 6 Oktober 2013:


Huis
: peringatan kekasih

1. segalanya berjalan baik, kata seorang filsuf perancis
malam itu ada yang tak tumpas di braga. sebuah pameran
buku menumpukkan diskon-diskon yang selalu sama, dan
waktu di jam tangan bergerak pontang-panting seperti
dikejar oleh stand-stand pameran yang hampir tutup.
tapi segalanya berjalan baik, memang. kau berhasil
membaca mataku di halaman kesekian dengan judul
yang mulai lelah untuk bertamasya. aku baik-baik
saja, kataku

2. kau membeli gantungan kunci seruling, aku
menggantang tas yang berisi gantungan lainnya:
seplastik tumpahan kenangan yang ternyata kau
sembunyikan di bawah parfum cokelatmu. di toko
yang penuh batik-batik lama, kau berkelindan
memilih daster ukuran berapa, warna apa,
meski tak jadi. lain kali, katamu. lalu uang-uang
receh itu bergemerincing di lantai beserta
gandengan tangan yang tak mau dilepas

3. sepiring mie goreng bandung, sepiring nasi
goreng. kita duduk menghadap cafe dan toko
suvenir, lantas bertukar sendok bersama sebentuk
keasingan lagu-lagu pengamen jalanan yang mesra
di dalamnya

4. ah, aku melupakan pandora!
kau diam saja seolah kecupan itu
memperbisukan cincin pertunangan
: amin, katamu

2012


Bethesda
: sabat

ke mana gelombang itu bergoncang kembali, manisku
di sana segala pesakitan bersiap untuk menjatuhkan
diri, dari basahlah seluruh kegelisahan berpulang
menuju gelincir air yang sangat panjang—itu, mata
kita yang mulai takabur. gelombang itu takkan
kembali sampai hari setelah sabat datang, katamu,
tapi sabat ini begitu khusyuk menenangkan kolam
tanpa banyak arus-riak, sabat ini seperti menuntaskan
enam hari berjaga.

ke mana gelombang itu kembali bergoncang, manisku
tubuhku terlalu liat dan terlanjur sialan untuk menggantikan
hari-hari ketika air bersegera mengalir di rendah ketinggian
sampai dingin jantung ini berdetak pelan sekali. air itu, manisku:
kakiku yang lama memeram sampar sesabar antrean ini
sesabar pandanganku padamu

2012 


Eroica, 50 Menit
: episode beethoven

ia kenang namanya dalam partitur-partitur
di adagio sekian, di angka nada sekian;
bonaparte, bonaparte,
ia catat nama itu berkali-kali pada sejumlah
gesekan, berkali ia menumpahkan kisah
khianat yang tak habis dipertunjukkan
di panggung-panggung opera atau tak
habis diperdengarkan dari bab tentang
bukit zaitun pada halaman-halaman injil,
pada oratorio-oratorio yang ia rangkum
menjadi sebuah orkestra tahun 1803;
di paris, ia ciptakan ingatan
selama 50 menit, dan 50 menit selanjutnya
dan selanjutnya, dan selanjutnya, sebab ia
percaya ingatan itu adalah sebuah simfoni
yang tak tertuntaskan sekalipun panggung-
panggung berhasil ia taklukan;
bonaparte, bonaparte,
lantas ia menjagal namanya, menggantinya
dengan judul baru
: eroica

2012


Interlude Kemudian

barangkali masih ada harga pada kesia-siaan
perjalanan kecil yang bersalin keluar dari mata pucat kita
bergantian membikin degup kita menyadari melupakan
apa yang ada di hadapan. sebab segalanya masai membiru
seperti wajahmu: menjemput langit yang kau namai
kekasih kepulangan—kita di antara seluruh kemudian
mesti berpegang tangan, mengekalkan penantian
di kesemulaan jalan yang tak terasa turun untuk pernah
mengalah dari dingin bahu kita

2011-2012

9.30.2013

MENERUSKAN MIMPI YANG CEMAS TADI MALAM


“gusti ampunilah mereka
mereka belum sampai menampung 
mahaluas pengetahuan;
dan ampunilah kami
sebab kami sering membusung dada
ketika kami memandang di luar kami”

pada pandangan yang diciptakan oleh jarak,
mereka tak henti-hentinya menjelma bahasa
menjadi perkara yang ngeri:
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
matahari menyembunyikan tubuh mereka
awan-awan bergerak berbalik jauh dari jangkauan
langit-langit yang membuat pandangan mengenal
warna: mana biru rencana mana putih mimpi;

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”

ia tua tapi meruwat kami
supaya tetap muda dan mesra,
demikian mereka yang tidak juga bangun
atas pengetahuan yang perlahan dihancurkan
dilebur dalam angin dingin hingga tak kelihatan
lalu diatas-namakannya keyakinan
supaya tidak bisa diperdebatkan
supaya hanya bisa dipandang, kata mereka

seorang yang bungkuk datang dalam bayang
membaca jarak dengan bahasanya:
ini pikulan yang nikmat sayang
barangkali demikian mereka didhawuhi gusti
barangkali demikian kita dirawuhi gusti


2013



9.17.2013

KOTA LENGANG YANG DIPADATI BAHASA



ia menghela nafas, berjalan jauh dari
langit yang tampak lebih dalam dari pandangannya
ia menghela nafas, berjalan jauh sebelum matahari
merapikan kaca-kaca jendela dengan pantulannya

di sini orang-orang seberang datang memperkarakan bahasa
entah terjalin oleh apa bahasa itu sehingga kota ini
kerap kali memulangkan dengung seperti sisa bunyi
akhir konser musik;

menjelang subuh
ia gantung kaki-kakinya yang sedingin tiang-tiang listrik
sebelum pergi kepada asal di mana sesuatu pun
tak dapat mengacuhkannya

sebab gelap ini atau terang itu:
tak mutlak membuat segala yang lahir menjadi tahir

adalah bahasa yang menyihir peradaban
memerciki langkah-langkah kecil dan asing
menutupi kota ini yang teramat janggal
teramat lengang

milik kami bukan hantu, bukan?
tanya mereka kepadanya


2013

9.06.2013

SESEORANG SEPERTI CHAPLIN DI PUSAT KOTA


1. 
berapa anak kemungkinan lagi yang mesti kita telusuri,
kita eja serupa bahasa-bahasa baru dan asing
bila hidup adalah perputaran lahir, tua, sakit, dan mati;
ada yang diam-diam bekerja di kaki-kaki kita,
yang diam-diam menggerakkan mata kita
yang sering kabur memandang warna lampu lalu lintas
dini hari. pada jam-jam kemudian, langkah-langkah
kita lepas sebab orang-orang mulai memanjangkan lengan
ada yang tengadah, ada yang nunduk;
kota jadi khusyuk sekali seperti warna kuning pelabuhan
di kejauhan

tapi di luar itu, seseorang hanya ingin memandang
(seseorang seperti chaplin)
semua sebagai kartun-kartun lucu. sebab ia hanya
rindu: kenapa orang-orang tak bosan merawat
tingkah yang kaku

2.
jazirah ini tak punya batas sejarah,
kota yang mesra terhadap kita
kita yang nakal terhadap kota
kita dan kota sama-sama punya urusan,
hanya rasa-rasanya ada yang keterlaluan
membikin aturan palsu
menaubatkan pelanggaran
sebagai teguran palsu

tapi di luar itu, seseorang ingin sekali bilang
(seseorang seperti chaplin)
bahwa taman kepedihan dan percintaan
adalah bagian dari tata kota yang lucu

lalu kita berjanji tidak akan
menebalkan bulu mata dan alis saja
namun juga bibir untuk terus tertawa
memandang ruang-ruang berputar
mengejek dirinya sendiri


2013

8.20.2013

CACCINI



dari lekuk nadi yang kami percayai
adalah ikhwal untuk menujumu
maka setelah kalvari, bukit mana
lagi yang mesti kami kembalikan
atas dosa masa lampau, puan?

adab tubuh kami berulang menghadapmu
tapi jalan di dunia terlalu luas untuk kami capai
biji mata kami masih biru karena langit pagi hari
meski berabad langkah kami tak setua nyala matahari

kepada puasa yang kami yakini
adalah ikhwal: senjata untuk melapangkan dada kami
untuk menghancurkan keinginan serupa debu
sebab padamu hanya kehendak dan rencana

alangkah langit musim hujan mencucuri kami
dengan air yang telah engkau perciki
dengan kelebat jubahmu, di nazaret itu;
semoga. semoga saja musim melalui kami
lebih daripada emas milik tiga raja

di tanah suci,
izinkanlah kami menghormati penderitaan kami
sendiri. mendirikan tugu batu-batu bagi darah
yang membeku atas pertumpahan kami sendiri
demi dicucukkannya pada putih bibirmu

puan, di sini, langitmu adalah perantaraan bagi silih
saudara-saudara kami yang memilih saling tikam



2013