3.01.2014
SUARA MERDEKA PENGHUJUNG 2013
19.06
No comments
Profil abal-abal saya yang dimuat di Suara Merdeka di Penghujung 2013 bersama dua penulis abal-abal lainnya
2.28.2014
KEPILUAN PURBA
16.14
No comments
pada debu
pada sore
pada hujan
pada langit
dan segenap berita-berita di televisi
politik;
kemiskinan adalah saudara kandung kita
yang berwajah cemas
pada manusia
perasaan-perasaan tuhan
berjatuhan
sedalam-dalam semesta
2014
1.30.2014
PROCRUSTEAN’S BED
13.43
No comments
sementara
suara-suara orang tampak sedang
diburu
oleh yang jahat dan yang baik
sementara
itu, sejarah kita memahami perpisahan dan pertemuan
hadir
berbentuk seperti koper
(tok tok tok…)
kini
januari tertidur ketika air mudah genang dan luap,
ke
suatu tempat yang entah dari muara entah
dari
perih mata kita
januari
seperti meminta pertanggungjawaban
seseorang
yang meninggalkan kita tiba-tiba
seseorang yang juga tiba-tiba lupa
pada jiwanya sendiri
lalu sebagian
orang menjadi cemas
ada yang
bermaksud tak ingin sesat pada dunia
ada yang
bermaksud menghargai kata-kata
seberhala harta-tahta;
(norma, mana norma? tok tok tok…
tanya seorang tua di luar sana)
kita
sama-sama memahami dari mulut mereka
telah
kerap keluar pecahan angin yang menutup
halaman-halaman
kosong, membiarkan waktu mendingin
sebab
sesama benci menjelma lebih dari hasrat
sebentar
muncul, sebentar tiada
katanya,
ini waktu untuk kita tindak
tak
peduli orang itu orang ini;
demikian
cemas katanya lagi
di
luar sana
supaya
norma tak lahir atas busa-busa
berkemas
ke dalam celah-celah koper
kelak
2014
1.14.2014
AKU TAK SEDANG INGIN
09.57
No comments
ini
sekian lara datang mengetuk atau mengutuk tubuh?
kau berkata
senantiasa di samping, kata-katamu
menjaga baringanku
dari cahaya-cahaya panjang
yang
tanpa remetuk menyusup lubang kaca jendela
ini
lenganku kekasih, peganglah
lengan
ini tak pandai berdusta
peganglah,
sebab kau tak akan pernah
dapat
meminjam lara ataupun bagian
dari
tubuhku yang menunjukkan ini panas
ini
dingin, sebab lenganku adalah bagian
yang
pernah berhasil membuat pertemuan kita
jadi satu
musim sunyi saja
sekian
dalam lara kata-katamu
mereka
seolah bergegas dari pigura foto kita
jadi
buih dalam sisa bir di pesta tadi;
aku
benar tak sedang ingin
memandang
langit itu
kembang
api pergantian tahun
telah
jauh kita selamati di malam
ketika
lenganku
dingin bibir
kau
pandang
2014
12.08.2013
BURUNG YANG MATI DI TANGAN PENYAIR
04.07
No comments
mata kebebasan sekarang diperuntukkan apatah;
orang-orang menghimpun diri untuk saling tahbis
mereka seringkali lupa, ada langit yang jarang
disentuh bahkan dibaca sebagai kitab suci kedua
sementara itu, mata seorang penyair menyibukkan
ke mana pandangan-pandangan dijatuhkan,
dengan cara apa merupakannya;
suatu ketika seekor makhluk yang mempunyai sayap
di bawah pandangannya. lalu ia mengambilnya
sebagai kematian ia candai kebebasan
sarat orang-orang buta
2013
12.03.2013
YA RAMA, HUJAN MEMBERI NYAWA DI PINGGIR KOTA
04.36
No comments
kamu tulis aduh yang jauh itu
pandangan yang tak lagi sempat mempertanyakan
hujan ini adalah bagian dari aduh itu
saudaraku, kota jiwa kita sekarang begitu tegang
sebab bulan tiba seperti mata kamu yang tak ingin
segera meninggalkan genang jalan-jalan lengang
dan rumah-rumah yang kusut
masuklah; udara sebentar lagi rampung
untuk menyamarkan jarak di pinggir kota
2013
11.22.2013
BERUNTUN MEMPERTANYAKAN KAMI
03.34
No comments
syahdan, ada yang beruntun mempertanyakan kami:
bagaimana kalian menemukan warna hijau, selain
daripada kamus daun-daun atau rerumputan?
bagaimana kalian menemukan warna kelabu,
selain daripada mendung di sarang hujan?
bagaimana kalian menemukan warna biru,
selain daripada kitab lautan dan batas langit?
bagaimana kalian....?
ada yang beruntun mempertanyakan kami
untuk mempercayai bahasa mereka
bilamana segalanya mutlak berasal
dari yang tampak
percayalah
sebab kami tak pernah percaya semata
pada rupa-rupa kulitnya, tuan jaksa!
2013
MATA KESUNYIAN YANG DIBERKATI
03.29
No comments
ada perasaan handarbeni yang mirip cabang-cabang
pohon di depan rumah kami: tua, kokoh, dan berbuah
tua:
perasaan itu ditanam sejak kami dinamai
sejak itu unsur usia yang sebenarnya tidak bisa kami bebaskan
bisa kami lalui lewat lekuk-lekuk kambium, garis-garis
yang menjadi batas antara abad dan abadi
kokoh:
karena perasaan itu berlapis adanya, bukan topeng
melainkan memang benar-benar jujur. ini kami.
murni milik kamu yang tersembunyi dan paling dasar ;
sebab kami kamu berdiri
berbuah:
kami bisa merasakannya. ia bukan datang dari lidah
yang kepanasan atau kedinginan. kami bisa merasakannya
dan bentuknya yang angslup menyerupai jiwa kami telah
semakin besar serupa pandangan keji orang-orang suci
nah, pahamkah dirimu dengan mata kesunyian kami
yang diberkati oleh orang-orang yang melupakan sejumlah
waktu sebagai luka sejarah dan air ludahnya sendiri?
2013
10.31.2013
SUNGAI EFRAT MEMBASAHI PANDANGANNYA
16.10
No comments
seperti dingin yang diperoleh
dari batu-batu musim hujan
seperti para pertapa yang hanyut
oleh gemercik gelombang sungai;
pada tangan ia menggenggam
pandangannya yang bertubi aku
sebelum menetes tenang di pagi hari
di tanah itu,
ada yang memanggil rumi
lalu mengunci pintu
ada yang memanggil gibran
lalu membuka jendela
tapi kebanyakan orang
memanggil cahaya
lalu mendirikan rumah
di tanah berpasir
ia kah sejarah yang mencuri
dan menyembunyikan cara
merawat generasi
yang membenci darah
dan mencintai muka air
di pinggiran sungai?
oleh nabi-nabi palsu
dunia tak lebih gawat
dari sebalik ayat-ayat
dari nyala matanya
yang sedikit basah
2013
10.07.2013
PUISI-PUISI YANG DIMUAT DI KORAN MERAPI
17.26
No comments
Puisi-puisi ini dimuat di Koran MERAPI pada tanggal 6 Oktober 2013:
Huis
: peringatan kekasih
1. segalanya berjalan baik, kata seorang filsuf perancis
malam itu ada yang tak tumpas di braga. sebuah pameran
buku menumpukkan diskon-diskon yang selalu sama, dan
waktu di jam tangan bergerak pontang-panting seperti
dikejar oleh stand-stand pameran yang hampir tutup.
tapi segalanya berjalan baik, memang. kau berhasil
membaca mataku di halaman kesekian dengan judul
yang mulai lelah untuk bertamasya. aku baik-baik
saja, kataku
2. kau membeli gantungan kunci seruling, aku
menggantang tas yang berisi gantungan lainnya:
seplastik tumpahan kenangan yang ternyata kau
sembunyikan di bawah parfum cokelatmu. di toko
yang penuh batik-batik lama, kau berkelindan
memilih daster ukuran berapa, warna apa,
meski tak jadi. lain kali, katamu. lalu uang-uang
receh itu bergemerincing di lantai beserta
gandengan tangan yang tak mau dilepas
3. sepiring mie goreng bandung, sepiring nasi
goreng. kita duduk menghadap cafe dan toko
suvenir, lantas bertukar sendok bersama sebentuk
keasingan lagu-lagu pengamen jalanan yang mesra
di dalamnya
4. ah, aku melupakan pandora!
kau diam saja seolah kecupan itu
memperbisukan cincin pertunangan
: amin, katamu
2012
Bethesda
: sabat
ke mana gelombang itu bergoncang kembali, manisku
di sana segala pesakitan bersiap untuk menjatuhkan
diri, dari basahlah seluruh kegelisahan berpulang
menuju gelincir air yang sangat panjang—itu, mata
kita yang mulai takabur. gelombang itu takkan
kembali sampai hari setelah sabat datang, katamu,
tapi sabat ini begitu khusyuk menenangkan kolam
tanpa banyak arus-riak, sabat ini seperti menuntaskan
enam hari berjaga.
ke mana gelombang itu kembali bergoncang, manisku
tubuhku terlalu liat dan terlanjur sialan untuk menggantikan
hari-hari ketika air bersegera mengalir di rendah ketinggian
sampai dingin jantung ini berdetak pelan sekali. air itu, manisku:
kakiku yang lama memeram sampar sesabar antrean ini
sesabar pandanganku padamu
2012
Eroica, 50 Menit
: episode beethoven
ia kenang namanya dalam partitur-partitur
di adagio sekian, di angka nada sekian;
bonaparte, bonaparte,
ia catat nama itu berkali-kali pada sejumlah
gesekan, berkali ia menumpahkan kisah
khianat yang tak habis dipertunjukkan
di panggung-panggung opera atau tak
habis diperdengarkan dari bab tentang
bukit zaitun pada halaman-halaman injil,
pada oratorio-oratorio yang ia rangkum
menjadi sebuah orkestra tahun 1803;
di paris, ia ciptakan ingatan
selama 50 menit, dan 50 menit selanjutnya
dan selanjutnya, dan selanjutnya, sebab ia
percaya ingatan itu adalah sebuah simfoni
yang tak tertuntaskan sekalipun panggung-
panggung berhasil ia taklukan;
bonaparte, bonaparte,
lantas ia menjagal namanya, menggantinya
dengan judul baru
: eroica
2012
Interlude Kemudian
barangkali masih ada harga pada kesia-siaan
perjalanan kecil yang bersalin keluar dari mata pucat kita
bergantian membikin degup kita menyadari melupakan
apa yang ada di hadapan. sebab segalanya masai membiru
seperti wajahmu: menjemput langit yang kau namai
kekasih kepulangan—kita di antara seluruh kemudian
mesti berpegang tangan, mengekalkan penantian
di kesemulaan jalan yang tak terasa turun untuk pernah
mengalah dari dingin bahu kita
2011-2012
9.30.2013
MENERUSKAN MIMPI YANG CEMAS TADI MALAM
06.43
No comments
“gusti ampunilah mereka
mereka belum sampai menampung
mahaluas pengetahuan;
dan ampunilah kami
sebab kami sering membusung dada
ketika kami memandang di luar kami”
pada pandangan yang diciptakan oleh jarak,
mereka tak henti-hentinya menjelma bahasa
menjadi perkara yang ngeri:
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”
seorang yang bungkuk datang dalam bayang
matahari menyembunyikan tubuh mereka
awan-awan bergerak berbalik jauh dari jangkauan
langit-langit yang membuat pandangan mengenal
warna: mana biru rencana mana putih mimpi;
seorang yang bungkuk datang dalam bayang
“selamatkanlah jiwa-jiwa
selamatkanlah jiwa-jiwa”
ia tua tapi meruwat kami
supaya tetap muda dan mesra,
demikian mereka yang tidak juga bangun
atas pengetahuan yang perlahan dihancurkan
dilebur dalam angin dingin hingga tak kelihatan
lalu diatas-namakannya keyakinan
supaya tidak bisa diperdebatkan
supaya hanya bisa dipandang, kata mereka
seorang yang bungkuk datang dalam bayang
membaca jarak dengan bahasanya:
ini pikulan yang nikmat sayang
barangkali demikian mereka didhawuhi gusti
barangkali demikian kita dirawuhi gusti
2013
9.17.2013
KOTA LENGANG YANG DIPADATI BAHASA
18.04
No comments
ia menghela nafas, berjalan jauh dari
langit yang tampak lebih dalam dari pandangannya
ia menghela nafas, berjalan jauh sebelum matahari
merapikan kaca-kaca jendela dengan pantulannya
di sini orang-orang seberang datang memperkarakan bahasa
entah terjalin oleh apa bahasa itu sehingga kota ini
kerap kali memulangkan dengung seperti sisa bunyi
akhir konser musik;
menjelang subuh
ia gantung kaki-kakinya yang sedingin tiang-tiang listrik
sebelum pergi kepada asal di mana sesuatu pun
tak dapat mengacuhkannya
sebab gelap ini atau terang itu:
tak mutlak membuat segala yang lahir menjadi tahir
adalah bahasa yang menyihir peradaban
memerciki langkah-langkah kecil dan asing
menutupi kota ini yang teramat janggal
teramat lengang
milik kami bukan hantu, bukan?
tanya mereka kepadanya
2013
9.06.2013
SESEORANG SEPERTI CHAPLIN DI PUSAT KOTA
19.01
No comments
1.
berapa anak kemungkinan lagi yang mesti kita telusuri,
kita eja serupa bahasa-bahasa baru dan asing
bila hidup adalah perputaran lahir, tua, sakit, dan mati;
ada yang diam-diam bekerja di kaki-kaki kita,
yang diam-diam menggerakkan mata kita
yang sering kabur memandang warna lampu lalu lintas
dini hari. pada jam-jam kemudian, langkah-langkah
kita lepas sebab orang-orang mulai memanjangkan lengan
ada yang tengadah, ada yang nunduk;
kota jadi khusyuk sekali seperti warna kuning pelabuhan
di kejauhan
tapi di luar itu, seseorang hanya ingin memandang
(seseorang seperti chaplin)
semua sebagai kartun-kartun lucu. sebab ia hanya
rindu: kenapa orang-orang tak bosan merawat
tingkah yang kaku
2.
jazirah ini tak punya batas sejarah,
kota yang mesra terhadap kita
kita yang nakal terhadap kota
kita dan kota sama-sama punya urusan,
hanya rasa-rasanya ada yang keterlaluan
membikin aturan palsu
menaubatkan pelanggaran
sebagai teguran palsu
tapi di luar itu, seseorang ingin sekali bilang
(seseorang seperti chaplin)
bahwa taman kepedihan dan percintaan
adalah bagian dari tata kota yang lucu
lalu kita berjanji tidak akan
menebalkan bulu mata dan alis saja
namun juga bibir untuk terus tertawa
memandang ruang-ruang berputar
mengejek dirinya sendiri
2013
8.20.2013
CACCINI
23.22
2 comments
dari lekuk nadi yang kami percayai
adalah ikhwal untuk menujumu
maka setelah kalvari, bukit mana
lagi yang mesti kami kembalikan
atas dosa masa lampau, puan?
adab tubuh kami berulang menghadapmu
tapi jalan di dunia terlalu luas untuk kami capai
biji mata kami masih biru karena langit pagi hari
meski berabad langkah kami tak setua nyala matahari
kepada puasa yang kami yakini
adalah ikhwal: senjata untuk melapangkan dada kami
untuk menghancurkan keinginan serupa debu
sebab padamu hanya kehendak dan rencana
alangkah langit musim hujan mencucuri kami
dengan air yang telah engkau perciki
dengan kelebat jubahmu, di nazaret itu;
semoga. semoga saja musim melalui kami
lebih daripada emas milik tiga raja
di tanah suci,
izinkanlah kami menghormati penderitaan kami
sendiri. mendirikan tugu batu-batu bagi darah
yang membeku atas pertumpahan kami sendiri
demi dicucukkannya pada putih bibirmu
puan, di sini, langitmu adalah perantaraan bagi silih
saudara-saudara kami yang memilih saling tikam
2013