PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

12.01.2010

ANJING-ANJING HITAM YANG BERLARIAN DARI JANTUNGMU LALU MENJADI KEKUPU

untuk nwu gabriel genesis


di sepanjang rel itu, engkau menyusur tanah-tanah kelana yang tak ingin

renta. lalu mati keluar belatung-belatung. hanya separuh dari tahun-tahun

cawan darah telah menjadi taring bagi anjing-anjing tanah kelana bagi kesakitan

yang tak pernah kembali dari stasiun ke stasiun selanjutnya. sebab itu

nyali yang rusak segera kau perbaikki sebelum gonggongan anjing-anjing

membusukkkan lelangkah erang angin, sebelum awan-awan mendung

berjatuhan ke dinding ruang penunggu. menghujan nyanyi-nyanyi bisu.

ratapan yang tisu. rakaat yang batu.


malam-malam gerhana, merapal. malam-malam gerhana yang binal.

melarikan anjing-anjing hitam dari arah pagi. mendekam di jantungmu.

detak yang kini perlahan menulis skenario adalah seperti puisi

yang perlahan menciptakan tubuh penyair dan liur-liur menyalakkan

pembuangan dari masa paling jauh. malam-malam gerhana adalah

malam-malam anjing hitam sebelum pembantaian tiba bertanda linang

mata, kenang seribu bahasa.


setiap pagi takdir penghitungan. matahari yang tersusun rapi seperti

perasaan. mengepal di kedatangan lain. peribahasa yang tak pernah

busuk dan sarat liur. segala tak selamanya sama tak melulu selalu

tumpah. maka di penghitungan kini, tulislah pelukan-pelukan

ibu sebelum engkau mengucap kepada setiap kepergian

saat anjing-anjing hitam bukanlah keharusan untuk dibunuh

diam-diam dari dalam jantungmu.


kelak


ada yang berubah tentang puisimu. setelah lama ia berkubur

berlumur liur. pecah. pada rerintik baru yang menangisi jantungmu

mengailli anjing-anjing dan mengisinya dengan sarang kepompong.

sungguh, sepanjang luka tak musti engkau sebut pesakitan kota

tempat anjing mati engkau buru. mengaing lari berlarian. sepanjang

luka dinamakan sepanjang rel yang dipenuhi kekupu setelah engkau

mengenal siapa jantungmu.


2010

PUISI SEORANG JUDUL

tulislah tulis kenapa

kata kata tak habis dimakna

kepadaku sebagai pintu


mengetuk seraya sekadar mengantar

kepergian yang sama, bersambut sisa rambutmu

usai setiap malam kupotong di depan kertas

dengan segala cinta yang retas


mengetukmu adalah penyambutan diri

seperti seseorang menuliskan

nama kepada kata yang memberinya

salam peninggalan


selamat salam, kuberikan untukmu

pintuku tersayang;

sebagai tanda mata-kata

aku mencatat setiap potongan penghadiahanmu

di setiap aku kembali melihat seorang baru

bernama judul.


2010

INGATAN ADALAH TAK ADA KATA SELEBIH CINTA

yang cadas dari setiap pertemuan

adalah kakimu- -menggambar jalan

menuju kampung di atas perasaan

yang kau bangun usai kita melepas

kenangan lunak tentang makan malam

dan sebuah gunung kesendirian


yang cinta dari setiap pengingatan

adalah rambutmu- -menggerai nasib

peradaban yang musti ditinggalkan,

sebab tak ada sisa dari rambutmu

pelukan-pelukan kapas yang angin

lalu terbawa kata selebih cinta


menuju sunyi ingatan.


2010

11.24.2010

HAIKU [1 - 5]


[1#] TELUR BULAN


tetas menetas

sarang di sarang malam

rindu yang induk



[2#] KOTA KOTAK


di pelamunan

lagu sudut delapan

jalanan lalang





[3#] MATANANAR


tam mata ketam

lepas air pualam

nanar terdalam




[4#] SEPEDA GURU


kepalang-ajar

sepeda roda kelas

ilmu memutar waktu




[5#] SEMAR ARANG


semar dan arang

tarian asap genang

sjarah kota kenang


2010


HIKAYAT IBUPERJALANAN KEPADA SEORANG WAKTU DAN USIA


pada semua hayat yang nisan,

apakah kau tetap menjadi perapal-doa

tempat seorang waktu berhasil mengenalmu

ibu?


sepanjang detak-kertak jam adalah tubuh, sejatinya

waktu tak pernah tahu tentang muasal perjalanan

yang berkali datang-kembali memeluk

- -mengetuk pintu kecil di dada lapangnya

di setiap airmata masa setiap seribu peribahasa

melindapkan ketimpangan segala rindu

segala ingatan sebagai isyarat bahwasanya

ibuperjalanan adalah sorga-rahim


pada semua hayat yang nisan,

apakah perjalanan itu kelak bernama tua

seperti halnya bagi panggilan seorang usia

ibu?


maka, barangkali hidup adalah belajar sadar

menamai samar dan tak sekedar

menandakan perpisahan- -mencium bibir nazar


2010

11.19.2010

SOLILOQUI BAYANG-BAYANG SKINNER

: b.f.skinner


~ 1

kata sejarah amerika ada bangkai mayat seperti bayang-bayang puisi

tentang riwayatmu yang membicarakan percobaan-percobaan

tikus-merpati. dan kotak itu, di tanganmu tiba-tiba pecah

dari susunannya. lalu nampak keluar. mataobsevasi,

seketika kau letakkan ide yang menyebut koherenitas

teori antara perlakuan-penguatan antara rangsang-stimulus. maka

dengan kepala gontang, sesuatu telah memotong teka-teki bahwa

tak ada teori yang lebih penting dari pembuktian. eksperimen!


~ 2

ibarat merpati yang limbung karena cahaya dalam kotakmu. merpati

bodoh yang kau pintarkan adalah kenyataan paling sendu paling

pilu untuk memanusiawikan manusia. sebaliknya, di kondisi-kondisi

di mana tingkat stimulus kau jadikan penguatan rupanya ada waktu

yang datang berurutan sebagaimana kau percaya pavlovpun terlalu

radikal melakukan hal ini. hanya saja, merpati masih linglung

kepada tikus yang terdorong iri tak punya sayap kepada

hukuman dan hadiah yang lupa kau setarakan di balik teori

catatan harianmu tentang kesengajaan mejadikan setiap perlakuan

seperti perutmu.



2010

11.16.2010

PUISI NAFISATUL W.*


Kami berduka, kami tersenyum**


Lereng Merapi

di tanah ini daku terlahir

di tanah ini bencana terjadi

di tanah ini harapan kami

di tanah ini peluh kami tercurah

doa berbulir air mata

saat bencana hadir tiada duga

detik waspada tanpa jengah, posko-posko berdiri

bertahan nyawa dikandung badan

Lava pijar, lahar dingin, abu bertebaran

Ibu-anak mati berpelukan

Duka-air mata

Sudah tanpa henti di bumi pertiwi

Kami berduka, kami tersenyum

Kami bisa, kami bangkit

Selalu ada tangis, selalu ada tawa

Selalu ada hikmah, selalu ada cerita






















Muntilan, 2010

*siswi kelas I SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI NOVIANA WIJAYANTI*


Masih Membisu**


Orang-orang memanggilmu,

Merapi.

Menjulang tinggi tembus cakrawala

Laksana raja bertakhtakan mega

Naungi seribu jiwa penuh dosa.

Betapa bodoh kami ini,

berpaling sudah dari isyaratmu

yang terus merintih dalam bisu.

Kadang kau adalah surga,

namun juga hadirkan luka

sibak jendela tabu

antara mati dan dosa.


Kini kau,

Merapi

Ah. . .

Marah, murka, atau malah

Lara?

Bisu, masih bisu.

Mengapa kau hadirkan bencana

Di tanah daku ini?

Abu, wedhus gembel, lahar,

Menu favoritmu

Sudah. . .

Sudah. . .


Wahai Tuhan yang Maha Baik

Dengarkanlah doa kami,

Agar para petani,

Kembali memabajk sawah.

Agar para siswa,

Kembali ke sekolah.

Kini tinggal posko-posko kecil

Sebagai pengganti rumah,

Tuhan. . .

Akankah desaku masih sama seperti dulu?























*siswi kelas I SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI DWI SISWANTI*


Bencana Hinggapi Bumi**


Bencana yang kini hinggapi bumi

Selalu memberi arti untuk kami

Do`a menjadi permohonan besar

Untuk lengkapi hidup ini


Merapi. . .

Kau lontarkan abu di tanah indah ini

Kau turunkan pasir, batu, air di lerengmu

Dengan isyarat kau inginkan kami pergi

Kini posko menjadi pelarian untuk kami


Merapi. . .

Tangis air mata tertetes karenamu

Lereng undah kami kini menjadi suram

Namun semua itu ujian Tuhan

Kembalilah seperti dulu

Kan kunikmati indah alammu yang dulu.






















Muntilan,13 November 2010

*sisiwi kelas III SMA

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi

PUISI SULISTYO WIDODO*


Doa Untuk Merapi**


Ya Allah. . .

Kami mohon lindungilah kami

Dari bencana ini

Bencana Merapi yang masih mengancam

Mengancam seluruh tanah lereng merapi.


Ya Allah. . .

Kami berdoa semoga cepatlah pulang

Dari posko pengungsian.


Ya Allah. . .

Aku berdoa dengan isak tangis yang deras

Seperti derasnya abu yang menghujani lereng merapi.


















Muntilan, 2010

*siswa kelas III SMP

**salah satu puisi yang saya himpun dari salah seorang remaja korban dampak bencana merapi