PERCAKAPAN ANTARA LAWRENCE DENGAN AMICHAI [1]

Terjemahan atas Pembacaan Wawancara antara Lawrence Joseph dengan Yehuda Amichai (bagian 1)

NASIHAT-NASIHAT BEN ONKRI

Bagian Satu: 15 Nukilan “A Way of Being Free” (Phoenix House, 1997)

SESEORANG TELAH MENGACAK-ACAK MAWAR-MAWAR INI

Terjemahan atas pembacaan cerpen Gabriel Garcia Marquez

CETAK ULANG: "PADA SUATU MATA KITA MENULIS CAHAYA"

Cetak ulang buku Sepilihan Sajak oleh penerbit Garudhawaca

WAWANCARA ORTOLANO DENGAN COELHO

Terjemahan atas pembacaan wawancara antara Glauco Ortolano dengan Paolo Coelho

2.20.2012

MARBA

"apa yang membuatmu tak percaya diri
selain karena langit di atas kota lama
yang sedang berantakan?
bahkan semalam ini,
rasa tak percaya dirimu itu
sibuk mempertautkan masa lalu.
pergilah, besok masa depan
harus bangun pagi-pagi sekali, kataku"

selamat malam, gedung tua
cat-catmu seperti tukang becak
yang lelah menunggu penumpang
di depan kerapatan pintumu;
ini terlalu pagi jikalau tergesa
mengemasi kelengangan

selamat malam, gedung tua
sejarah yang meranggas di petak dindingmu
senantiasa terbuka mempertanyakan:
di ketinggian dekat kubah gereja,
percayakah bahwa kau menyimpan separuh
cahaya sisa lampu-lampu yang telah pecah
dari kertak jam tanganmu?


2012

2.19.2012

OREILLON

: memperkenangkan auto-da-fe

konon, wanita-wanita itu bercinta dengan kera
sedang laki-laki keranjingan dengan para pastor
abad pertengahan. sebab itu, rambut anak-anak
yang dipermandikan di hadapan altar adalah
semacam incest, incest yang didongengkan oleh
upacara-upacara sakramental. sebuah tontonan
meriah rupanya, peringatan bagi para pejalan kaki
yang mencatat kapan waktunya menggambar cakar
dan ekor di betis kakinya, lalu memasukkan batu
ke dalam mulut seraya mencabuti bulu kaki.
sebuah bakaran didirikan untuk menyobek perut-
perut, melamuri tubuh dengan air didih, dalam
gentong kekar, meratapi hasrat pada dinding-
dinding tanah liat bersama pemuka yahudi--
yang sekali lagi konon, barangkali, sebuah
zaman tak mengenal lagi hukuman, bahkan
tak tau lagi caranya menguliti hasrat itu


2012

CANDIDE

: membaca voltaire

monseigneur, monseigneur, monseigneur
kami membawa sekantong kematian pangloss
berisi harta eldorado yang raup. udara di sini
semakin sempit dihimpit pemikiran orang-orang
perancis yang konyol dan perkosaan yang murah
hati, duh...anggur porto itu memberkati sebaik-baiknya
kata-kata para filsuf yang dijatuhkan pada ketenangan
tali gantungan dan pisau guilotaine

moseigneur, monseigneur, monseigneur
kami ngiris, melihat bahasa-bahasamu yang mengajak
kami untuk tertawa di bawah kaki paus dan serdadu
jesuit yang menjual jubahnya kepada raja

monseigneur, monseigneur, monseigneur
tubuh kami tak akan rata dengan tanah
orang-orang romawi yang latah jika
berbicara soal emas dan moral


2012

2.17.2012

CICAHEUM SUBUH ITU

i. lalu lalang angkot-angkot yang hijau nyalanya itu
kau nyatakan atas perjumpaan sekali lagi. lampu-lampu
dan cahaya yang mempergantikan pandangan langit
membikin lengang jalanan jadi sebuah tawaran
untuk bertukar kesunyian. aku menjadi cahaya itu
lantas menyusun kata-kata yang tak habis
pandangannya. angkot-angkot dan segala jurusan;
tapi aku tak memilih semuanya. kata-kata bukan
penumpang yang setia, kata-kata itu kataku yang
memperkenankan cahaya melarang separuh terang
menebalkan bayangan

ii. lalu apa yang mesti dipercakapkan lagi tentang
jembatan penyebrangan, para pengemis, dan pengamen
jalanan, peruntungan yang selalu gagal menjadi bahan
doa-doa tengah malam? aku tak menahu soal itu, rasanya
pemandangan di sekitar sedang khusyuk bersembunyi
dari kamera digital yang menggantung di tangan kananku,
tembok-tembok yang terbilang kangen bagi sentuhan
telapak tangan-telapak tangan, tapi keringat dingin
terlanjur jujur keluar sebagai kekasih ketiga belas
seperti gerimis tiba-tiba. padahal aku tak mau lagi
bercinta dengan keringat dingin, kekasih

iii. aku mengambil jarak beberapa meter dari koran-koran pagi
yang menata dirinya di sebelah minimarket karena perutku
tiba-tiba berat dan keram melihat penjual bubur ayam. sepagi ini
aku belajar memfitnah lambung dengan menahan kencing, bukan
tak ada toilet umum, atau tempat yang tepat untuk menghimpit
sebagian tubuh, melainkan kaca-kaca spion yang sedang memasang
dirinya bersama bunyi mesin. mereka datang seperti hantu siang hari,
dan aku benar-benar dibuat takut. mereka berusaha mencemari
perut dan penisku dengan mie-mie dan kopi-kopi instan. maka
kutahan sampai penantian ini habis pada waktunya. kutahan
yang akan masuk, yang akan keluar

iv. ini pagi berjalan tak sesempurna matahari. udara menciut seperti
ukuran becak-becak di sini. kiloan cahaya memberat dalam ponsel.
suara-suara kecut dari pesan-pesan masuk. dan lubang dubur yang
perlahan mengeras



2012

MAZMUR LILIN HITAM


: memperkenangkan daud


dari matamu melewati asap mataNya
kaupanggili para santo-santa:
tiup tiuplah lilin, membubung
hingga gaung sepanjang sabat tak
tampak gentangnya. lalu kausyahadatkan
kemah persembunyianNya
seperti daud menarikan biduan
di rahang singa, sewaktu langit
dipekatkan oleh sungai-sungai babel,
sampai kau ikut menitipkan lirih ini
mengambangkan gandarusa,
melelehkan diri. melagukan langit sion
mempercayai ajal yang ada, sungguh
sangat dekat. dekat atas bakaran,
bakaran di sumbu yang tak pernah
habis nyala suaraNya. bersama
segala tangkup telapak tangan, kau
berlari menggantang kecemasan
--menuju doa yang payah
dan gerah.

kau bernafas. kau masih bernafas.
udara tumbuh bergantian. bau parafin.
merinding mata itu. tubuh itu. hanya rapal
gelap yang hangus

Eli!


2011-2012

BES MAYOR, SIMFONI NO.5

: memperkenangkan schubert


tempo itu meremah suara-suara sebelumnya
suara-suara dari wina, biola-biola itu mengeram
panggung konser yang ditumbuhi warna-warna
ranggas dari tinggi ke rendah lalu ke tinggi,
dari warna ke interval berkali-kali seperti
menjauhi opera-opera yang gagal dan bebal
mempertontonkan penonton, begitu katamu,
tanpa dua terompet dan timpani, gerakan
tetaplah gerakan. ini bukan gaya rossini
atau drama goethe. semuanya tetap sama
dan memutar seperti arahan tangan
komponis. tempo itu persimpanan
yang selalu teramat klasik seperti
bunyi pergantian ombak ke ombak,
meninggi, merendah
meninggi, merendah


2012

KLAUSTROFOBIA

1. ELEVATOR
elevator adalah tempat (yang mungkin) bagi kita:
segala pengalihan arus khawatir yang merambat
di kedua tanda panah menuju ke atas lalu ke bawah
- kita bersegera paham bahasa takut di kelindan otak,
pada ruang yang kausangka tiba-tiba menyala sendirian –

2. TOILET
ada guyuran gelisah tercermin di kacakaca wastafel
ada peringatan lama di sana:
jangan sesekali memelihara waktu di sini, kau tahu
wajah kita selalu luber dan kuyup tersebab keran air bak mata
yang kerap kali lupa dimatikan.

3. KAMAR 303
bukan, ini bukan kamar mayat, katamu
ini kamar percepatan satu tahun pengasingan
di sini, kita tinggal berdua saja
tanpa perlu menyelamatkan diri


2010-2012

PUSJKIN, RUSIA 1837

: memperkenangkan alexander sergejewitsj pusjkin


di tangan kiri kau pertaruhkan sejumlah peristiwa
yang sesungguhnya ingin mengusir kematian, kata orang-orang
perkelahian itu membelot menuju dirimu sendiri. shakespeare,
kepadanya sebab-sebab kau tulis tawanan di kaukasus
bersepakat untuk mengenang sejarahmu bersama byron. seketika
romantisme itu selesai sudah dengan pertemuan yang membikin
sederetan kekasih melarikan diri dari buku-bukumu. di tangan kiri
kau peram luka dari kain yang tak sengaja memilikimu sebagai
seorang pembawa pedang anggar. luka itu darah yang penuh
nganga kesepian, darah seperti anggur merah yang baru saja
keluar dari pabrik, katamu. tapi kau tak benar-benar berkelahi,
atau membawa pedang anggar di arena. kau hanya main-main,
naik-turun memainkan langit yang jauh dari gaduh salju dan
sisa kenangan yang terseduh. kau hanya main-main,
mempermainkan puisi-puisi yang kedinginan dan berdiri
sendiri-sendiri di setiap kejadian di luar perpisahan. kau
hanya main-main, mempermainkan kematian karena
kehidupan lebih layak dipandang sebagai tawanan
perang yang tiap hari makan sisa makanan babi. sekali lagi
di kota ini kau hanya main-main, mempermainkan kota
mempermainkan tahun yang mempersedihkan
kemain-mainanmu


2012
“Tawanan di Kaukasus”: karangan yang disusunnya ketika dalam pembuangan.

2.12.2012

HOMEOSTASIS



matahari itu telah tergunting, katamu
sebagian menempelkan cahayanya di perut-perut
yang menahan lapar. langit yang hijau, rupanya
sedang mempercintakan setiap ngilu yang kejang
dengan kebahagiaan secara bergantian.


2012

SEBAB AIR ITU TERLALU LELAH TERTAMPUNG DI AKUARIUM


mengingat putu wirawati

1. gelembung-gelembung udara pecah di permukaan
seperti mempermainkan perpisahan yang lama,
mengenalmu. sungguh berbenak-benak mataku
ditanak oleh bunyi riak sepanjang obituari ini
merapal namamu. diam-diam. bergantian
seperti bulatan gelembung yang tasbih
menguatkan air untuk tetap sebagai air,
bukan udara yang tampak janggal

2. ini tabiatku yang sedang tak tahu negeri asing,
mana mungkin bunyi anyir yang kau idap itu
mendekapi koral-koral putih dalam kotak air ini
bahkan mempersunting sebuah ingatan untuk
ditenggelamkan ke dasar kaca, bercinta selamanya
dalam sangsai duka yang suci dan basah tanpa merasa
bosan. ini tabiatku yang tak panjang-panjang
memperkarakan tawar percintaan

3. kau iris ngilumu saja, kau tebar bersama letupan
gelembung-gelembung udara di permukaan yang
tak pernah kau hitung berapa ganjilya atau sampai
kapan sebuah kenangan berkelahi dengan arus
yang selalu sama hingga membuat limbung
selekas perasaan kauhanyutkan ke buih-buih
sebagaimana bunyi deras pompa air.
kau iris ngilumu saja, kau tebar berdua bersama
air sebagai kesatuan yang merestui kegelisahanmu

4. air itulah yang membuatmu kepayang lalu pingsan
demikian seterusnya, kau mencoba membikinnya lebih
abadi karena langit hanyalah air yang bertahun-tahun
terus bergerak dalam akuarium dengan alangkah tenang
keletihannya


2011-2012

SAJAK UNTUK HAN : REQUIEM NEGERI BHINEKA


karena Indonesia tidak tunggal ika*


han, ingatlah negerimu
para pecundang yang tak mau
menghentikan aksinya di jalanan
di gedung-gedung, di penjara-penjara
di kantor-kantor, di mana saja
mereka menegakkan kuasa
di atas segala. halal segalanya halal
oleh kekuasaan

seribu tahun kau tak pulang,
apa kau takut menyaksikan orang-orang
yang meremas jantung mereka sendiri
mempersilakan keburukan mengubur
nasib mereka di tanah kelahiran yang
berulangkali kena gusur dan tembakan
senapan ke udara

mungkin saja tak ada yang berani melek
atau mungkin di negeri ini orang-orang
terlalu feminin untuk menegaskan kebenaran
--menyatakan cuman satu yang mesti
diperjuangkan

ya han, bisa saja kau benar
tentang berapa warna yang coba
disatukan dengan paksa lewat
batu-batu dan senjata tajam
atau desing peluru

betapa di tempat lain
orang-orang tampak merisau
berapa yang harus mereka bayar
untuk menebus kehilangan
di negeri tempat orang bersalah
dipancung;

demikian di lain tempat
orang-orang sedang berusaha
mengembalikan ladang-rumah mereka
dengan cara menjahit mulut
menghadap istana merdeka
ke mana nurani persatuan-kesatuan
seperti yang membikin sejarah tujuh belas
agustus empat lima. segalanya seakan
tercerai-berai perlahan-lahan. hingga
yang ada hanyalah rasa amarah kepahitan
dan pancasila yang sayup-sayup hampir lenyap

hah!



2012
(*Semboyan majalah bhinneka)

MEMORIABILIA ORANG PINGGIRAN



“The struggle of man against power is
the struggle of memory against forgetting”
[Milan Kundera]


1.
tanah yang kami huni sekarang tak mengenal tanda baca seperti dulu
mana kala kami masih mampu menuliskan isyarat mimpi bagi sanak-saudara
bagi kesederhanaan di rumah rumah kami

- ternyata, yang lebih tak pasti dari mimpi kami itu tersangkut
antara dinding dinding cokelat retak sehabis penggusuran -

2.
kami tak ingin menceritakan airmata kami sendiri
karena airmata telah sering menjadi tontonan yang dijual
pada mata layar layar televisi

kami ingin belajar mengamalkan keadilan.
keadilan. hanya dengan tanah nenek-moyang kami

demikian, kami bisa menguburkan separuh riwayat kami sendiri
tanpa melupakan harapan yang berjatuhan di sidang-sidang
gedung pengadilan

3.
barangkali, ini takdir yang salah. kami terlahir di tanah yang salah.
beranak-cucu dengan penghidupan yang salah tanpa banyak kesah
kenapa mereka bilang terserah;
tapi, biarlah. segalanya telah tumpah dan sebah.

4.
keadilan, lewat pertanda kami meringkasmu
lantas melumatnya ke muka wajah wajah kami
menjadikan tanya dan pinta untuk setiap kedukaan
setiap kemarahan yang hendak mudah dilupakan

: tentang harga berliter liter doa-airmata
yang berasal dari tanda baca kami sendiri
menikam di ulu ingatan!


Semarang, 2010


2.09.2012

POTRET SORE DI TERMINAL

sepeninggal rendy, bersama arif dan fitri

1. sebuah botol menggantung, temali
retas sama seperti waktu yang kita cadaskan,
kita mengemasnya ke kantung-kantung cemas
di jaket, di baju, di celana. ah, mungkinkah kita
kehilangan kosa kata tersebab kepulangan
kuduga sebagai pembatas buku atau
kebersambungan sebuah peristiwa
yang tiba-tiba menyusun kegagapannya
-- kursi yang kita duduki seolah bergerak
mengukir pantat kita dengan alamat
keresahan

2. tanpa sadar, sebuah perjalanan mencoba melarikan
potongan potret sebuah lensa 14 megapiksel,
di cicaheum, di cicaheum. sekali lagi di cicaheum,
pertemuan menyimpan pekerjaan yang padat seperti
senin itu. lantas kita menghayatinya, melubangi dada
masing-masing dengan barzanji tentang perpisahan
yang tak rampung dan tak kunjung. tanpa sadar
sekali lagi, keniscayaan langit merah pucat
menimpai kita sebagai ruang terlebar
semacam gedung pameran fotografi.

3. sua itu tak berkesudahan mengenakan lalu lintas
bus-bus yang merayakan kehendak para penumpang,
sebentar lagi, ya, sebentar lagi. sebuah matahari
akan terbit dari roda-roda bus sebelum pelukan
sampai jumpa

4. tak ada hujan. tak ada mendung. hanya penghiburan
yang berulang kali kita sulangkan layaknya kenangan
dan lalu lalang orang-orang


2012

BAIT SEUMPAMA, SEUMPAMA BAIT

teringat peri sandi


seumpama seperangkat alat puisi itu dipanggilnya
peristiwa yang bernama sandang: ingatan,
demikian dengan kenyataan seumpama film
penyembelihan hewan kurban yang dinyalakan
di hadapan fitri. tapi ia menjauh sebab darah
begitu keluh dan aduh di dada. lantas tiba-tiba
kau seolah mengigau tentang umur yang remaja
itu: kenangan yang kau pisah-susunkan ke dalam
track-track seumpama sejumlah deret lagu di winamp.
seumpama bunyi bait ini adalah kesaksian bagaimana
kau peram lubang demi lubang seumpama pertemuan
yang sedang cantik mengeroposi dirinya di jalan-jalan
penyembuhan



2012

1.30.2012

MALAM TENGAH HUJAN DI TEMBALANG

sepeninggal vivi, guri, dan arif, peristiwa datang bergantian


i. jam begitu payah menasbihkan bunyi tiktoknya
sebagai percintaan yang hendak disenyapkan
rapat-rapat bersama nomor rahasia di ponselmu,
pohonan semakin diam menumbuhkan getir-khawatir
kapan mereka tumbang tanpa ada angin gaduh
yang berjalan sangsi perlahan dari mulut, dari musykil
pikiran-pikiran konyol tentang dingin korek api
dengan ukuran pakaian dalammu.

ii. tak ada keasingan di sini. lampu-lampu menyala
sebagaimana mestinya seperti bunyi kesabaran klakson
di kemacetan. tak ada hasrat di sini. warung-warung makan
masih buka selebar harga kelaparan yang lengang. hanya
kesunyian berkelebat di antara pasangan yang sedang
mengartikan selebihnya kehangatan—air bersitubuh dengan
suara cairnya sendiri, lalu turun, mencari-cari letak ke mana
ketiadaan hendak dialirkan. dilahirkan kembali

iii. di dalam kos seorang kawan, pertemuan hanyalah percakapan
winamp bersama poster pram di getar kaca. di sebuah ruang
yang atapnya tiba-tiba menciut ke bawah dan basah, kau berusaha
lari memutarbalikkan putaran jam yang hampir patah, menimpali
kebodohan lewat cahaya yang dipalingkan. mata itu




2012